
KARAWANG, RAKA – Pandemi Covid-19 yang mewabah sejak awal tahun 2020 lalu, sangat berdampak terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Karawang. Selama tahun 2021 lalu, diketahui sebanyak 600 UMKM yang terdaftar di Dinas Koperasi dan UMKM Karawang tutup.
Kasi Pengembangan Penguatan dan Perlindungan Usaha Mikro (P3UM) Dinkop dan UMKM Kabupaten Karawang Leoni Whisnuwardhani mengatakan, jumlah UMKM yang terdaftar pada Dinkop dan UMKM sebanyak 95.102. Namun yang saat ini masih aktif sebanyak 94.512. “Ada 600 UMKM yang tidak aktif atau tutup karena pandemi,” katanya kepada Radar Karawang, Rabu (19/1).
Dikatakan Leoni, sebanyak 94.512 UMKM yang masih aktif ini terdiri dari UMKM industri sebanyak 3.356, UMKM industri rumah tangga 15.538, UMKM perdagangan 59.931, UMKM jasa sebanyak 16.277. “UMKM perdagangan yang paling banyak. Yang tutup juga kebanyakan UMKM perdagangan, mereka tutup tidak berjualan lagi,” tuturnya.
Leoni menuturkan, Dinkop dan UMKM terhadap para pelaku UMKM melalui bidang pemberdayaan dan pengembangan usaha mikro terus berupaya untuk memberikan pendampingan. Mulai dari pendataan sampai sinergitas kegiatan yang berhubungan dengan para pelaku UMKM. Salah satu kegiatannya yaitu memberikan pelatihan berwirausaha, baik terhadap usaha pemula maupun masyarakat umum. “Kalau tutup atau majunya UMKM tergantung dari pelaku UMKM masing-masing,” ujarnya.
Selain pelatihan, kata dia, ada juga bantuan terhadap pelaku usaha yang telah dilatih berupa bantuan alat secara kelompok. Setelah itu, pihaknya kemudian melakukan pemantauan terhadap perkembangan para pelaku usaha tersebut. “Yang kegiatan usahanya berjalan, semisal produk apa, kita bantu fasilitasi legalitas produknya. Bahkan juga kalau misalnya punya lahan kita bantu urus sertifikat lahannya yang bekerjasama dengan BPN, agar bisa digunakan untuk jaminan bantuan permodalan dari perbankan,” ujarnya.
Masih dikatakan Leoni, pihaknya juga kemudian membantu pelaku UMKM yang bergerak pada bidang perdagangan agar memiliki sertifikat penyuluhan pangan industri rumah tangga (SPPIRT), untuk memberikan kemudahan dalam pengembangan usahanya. “Program ini sudah berjalan sejak 2017. Kurang lebih sudah 500 pelaku usaha yang kami fasilitasi. Setahun 100 UMKM,” tambahnya.
Sedangkan untuk permodalan, lanjutnya, ada juga bantuan permodalan namun tidak diberikan dalam bentuk uang, melainkan pemdampingan untuk kerjasama dengan koperasi. “Ada 15 koperasi yang bekerjasama dengan UMKM,” pungkasnya. (nce)