Guru tak Boleh Gaptek
PURWAKARTA, RAKA – Guru yang ceritanya terus dibagikan kepada generasi berikutnya, eksistensinya hidup sepanjang masa walau fisiknya telah tiada, buah pikirnya menjadi rujukan pengetahuan generasi penerus. Namun di era modern seperti saat ini, jika guru tidak menguasai teknologi, maka akan ketinggalan dan dilibas zaman.
Pengurus PGRI Kabupaten Purwakarta Patoni mengatakan, guru harus berperan menyiapkan warga negara muda untuk mampu mengemban tugas kenegaraan dan pemerintahaan di masa yang akan datang. Tentu harus memahami organisasi sebagai suatu keniscayaan, artinya guru harus menghimpun diri dalam suatu kelompok dalam mencukupi kebutuhan pengetahuannya. “November kemarin merupakan bulan yang sangat bermakna bagi guru, karena ada dua peristiwa besar yaitu Hari Ulang Tahun Guru dan PGRI. Guru dan PGRI-nya atau PGRI dan gurunya, harus saling menempatkan diri sebagai penyempurna keberadaanya masing-masing,” terangnya.
Ia juga mengatakan, PGRI sebagai organisasi memainkan peran sebagai rumahnya para guru, rumah tempat bernaung, rumah tempat memenuhi semua hasratnya, rumah tempat mengembangkan diri penghuninya. “Dengan demikian guru yang aktif dalam organisasi akan mendapatkan kepuasan-kepuasan sosial yang diberikan organisasi, memperbesar kemampuanya, menghemat waktu dalam mencapai suatu tujuanya serta menarik manfaat dari pengetahuan generasi sebelumnya,” paparnya.
Dijelaskannya, perkembangan teknologi telah mengubah pola ekonomi, pola hidup dan cara melakukan bisnis secara signifikan. Teknologi di dalam kontribusinya memberikan dukungan kepada berbagai sektor kehidupan masyarakat berupa peningkatan efisiensi, otomasi dan akurasi terhadap suatu tugas atau proses. “Karena itu guru harus mengkreasi kemajuan teknologi untuk kebermanfaatan pembelajaran. Penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penialain dan pelaporan pembelajaran tentu harus memanfaatkan teknologi sehingga efisiensi, otomasi dan akurasinya teruji,” imbuhnya.
Literasi kehidupan, lanjut dia, dalam seluruh dimensi menjadi aspek penting dalam eksistensi guru. Kemampuan literasi yang hebat akan memotivasi guru untuk melakukan knowledge sharing sehingga guru menjadi sosok literat yaitu sosok yang mampu menentukan seberapa banyak informasi yang dibutuhkan, mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien, mengevaluasi informasi dan sumbernya secara kritis dan mampu menggunakan informasi secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu. “Kesediaan guru untuk mengabdi pada organisasi (berorganisasi), memanfaatkan teknologi untuk efetivitas dan kebermaknaan pembelajaran serta kemampuan menyerap informasi (berliterasi) akan membuka ruang dalam mewujudkan guru yang bersejarah, guru yang ceritanya dibagikan kepada generasi berikutnya, eksistensinya hidup sepanjang masa walau fisiknya telah tiada, buah pikirnya menjadi rujukan pengetahuan generasi penerusnya, itulah guru bersejarah,” pungkasnya. (ris)