HEADLINE

Pelajar Rawan Jadi Penjahat

TIRTAJAYA, RAKA – Pelajar idealnya disibukan dengan pendalaman ilmu pengetahuan dan penguatan karakter. Namun, apa jadinya jika pelajar justru menjadi pelaku kriminal.
Seperti yang baru-baru ini terjadi, AR (17) bersama FS (19) berkolaborasi mencuri motor. Namun, usaha mereka gagal dan menjadi bulan-bulanan warga Desa Srijaya, Kecamatan Tirtajaya. FS merupakan buronan Polsek Rengasdengklok atas kasus yang sama.
Tahun lalu, Polsek Kotabaru mengamankan lima orang pelajar yang masih duduk di bangku SLTA karena diduga terlibat pembacokan di Jalan Raya Bakanmaja. “Sebenarnya pelaku pembacokan hanya satu orang, cuma untuk melakukan penyelidikan kita membawa keempat temannya yang kebetulan sebelum kejadian pembacokan, karena pelaku ini membacok setelah mengantarkan pulang keempat temannya ini,” kata Kanit Reskrim Polsek Kotabaru Ipda Windar waktu itu.
Kelima pelaku, lanjutnya, masih di bawah umur, yaitu masih mengenyam pendidikan di bangku SLTA. Penangkapan pelaku juga sebagai salah satu cara untuk memberikan efek jera kepada para pelaku yang masih di bawah umur tersebut. “Kalau kita biarkan, khawatir malah semakin menjadi dan akan membahayakan warga atau pengendara lainnya,” akunya.
Nisa Rosita, siswa SMK Texmaco Karawang mengatakan, tingkat kekerasan sudah bukan dilakukan oleh orang dewasa, akan tetapi remaja yang masih duduk di bangku sekolah pun sudah berani melakukan pembunuhan. Menurutnya, hal tersebut berawal dari pergaulan bebas dan melakukan aksi tauran sehingga terpengaruh dalam aksi kejahatan dan kekerasan. “Awalnya pasti dari tawuran, terus terbiasa melakukan kekerasan gituh karena awalnya berteman dengan orang yang salah,” ucap Nisa.
Nisa menambahkan, sebenarnya hal tersebut tidak akan terjadi jika remaja bisa memilih teman yang baik. “Bisa dicegah sih, salah satunya bergaul dengan teman-teman yang lebih banyak melakulan hal posifit gituh, seperti ekskul, kan bisa,” tambahnya.
Hal senada disampaikan oleh Dede Setiawan, ia lebih memilih aktif di salah satu Ikatan Remaja Mesjid (Irema), saat sepulangnya dari sekolah di sore hari, ia langsung bersiap-siap untuk pergi ke salah satu musalah yang ada di dekat rumahnya, untuk melakukan pengajian dan salawat. “Habis sekolah langsung ke musala kumpul bareng teman-teman Irema, kegiatanya baca quran dan salawat, dari pada main nggak jelas lebih baik di musala, dapat pahala juga,” pungkasnya.
Staf Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Karawang Karina Nur Regina menyampaikan, dari sisi psikologis faktor pendorong remaja berbuat kejahatan karena terbentuknya konsep diri negatif dan emosi yang belum matang. Melihat dua hal ini kenakalan remaja erat kaitannya dengan kematangan mental mereka. Konsep diri adalah bagaiamana seseorang memandang dirinya baik itu fisik, karakter, maupun motivasi diri. Dalam konsep diri individu mengetahui kelemahan serta kekuatan yang dimilikinya. Semestinya semua aspek ini mengarah kepada hal positif. Namun jika persepsi individu terhadap dirinya, persepsi orang lain tehadap individu tersebut diri sendiri, dan kondisi yang diinginkan semuanya negatif, maka tentu konsep diri yang terbentuk pun negatif. Adapun perihal kematangan mental adalah kemampuan individu mengontrol emosi secara tepat dan mengekspresikannya dengan cara yang diterima masyarakat. Ketika konsep diri baik maka si anak akan malu untuk berbuat sesuatu yang tidak baik di mata orang lain. “Mereka akan sibuk bagaimana caranya membuat orang lain justru nyaman dengan dirinya,” tuturnya.
Ia melanjutkan, masa remaja adalah masa peralihan dari usia kanak-kanak menuju usia dewasa. Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap yang kekanak-kanakan serta berusaha mencapai kemampuan berperilaku dan bersikap dewasa. Pada masa remaja ini adalah masa yang paling banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan teman sebaya. Kematangan mental seyogyanya berkorelasi positif dengan usia. Namun demikian, kematangan mental juga dipengaruhi bagaimana lingkungan orang tua, teman sebaya memberi perlakuan. “Usia bertambah, emosi seharusnya juga (mental) semakin matang,” ucapnya.
Regina berpesan kepada para remaja untuk meninggalkan hal-hal yang membuat cemas orang tua, tetangga, dan orang-orang terkasih lainnya. Masih banyak hal baik yang bertebaran dan dapat dilakukan di sekitar. Ia juga berpesan kepada para orang tua untuk luangkan sedikit waktu di tengah kesibukan untuk putra-putri mereka. Memberi kesempatan untuk mendengarkan keluh kesah, mereka terutama saat pendemi tentunya memberi dampak yang baik. “Untuk ibu dan bapak guru, terus motivasi murid-murid, jangan kendor sebab para guru ini cenderung lebih mendengarkan anak ketimbang orang tuanya,” pesannya. (mra/psn)

Related Articles

Back to top button