SLB Sulit Terapkan Belajar Daring, Anak-anak jadi Tidak Teratur dan Tidak Disiplin
KARAWANG, RAKA – Guru Sekolah Luar Biasa (SLB) Tunas Harapan C merasa kesulitan untuk pembelajaran secara daring. Anak-anak dinilai menjadi tidak teratur dan tidak disiplin.
Susanti Martini, Guru SLB Tunas Harapan C, mengaku kesulitan untuk memberikan materi kepada siswa disabilitas tuna grahita. Hal ini karena kemandirian siswa yang lambat dan kurang. Dalam menambah pengetahuan dan kemampuan harus diperlukan pendamping dari orang tua. Selain itu, siswa pun menjadi tidak teratur dan tidak disiplin. “Hambatannya banyak, pembelajaran untuk anak normal pun masih ada hambatan apalagi siswa berkebutuhan khusus. Bebannya itu dilimpahkan ke orang tua karena ketidakmandirian siswa sangat tinggi. Mereka kan gak bisa kalau diberitahu saja, harus tetap ada pendamping,” ujarnya, Jumat (25/2).
Siswa tuna grahita memiliki mental dan cara berpikir yang lambat. Banyak orang tua yang menginginkan pembelajaran dilakukan secara offline keseluruhan kembali. Daya ingat siswa pun menjadi makin berkurang. Guru memberikan ilmu sendiri, misal dengan memberikan gambar saat proses pembelajaran. Saat di sekolah rasa disiplin menjadi meningkat dan mengurangi rasa malas. “Anak luar biasa itu jadi daya ingatnya menurun. Kalau orang umum itu dengan Google bisa membantu, tapi untuk mengatasi anak seperti itu gak bisa. Harus ada trik-trik tersendiri seperti mengatasi anak yang tantrum. Kebanyakan orang tua sekarang kan membiarkan, di sekolah rasa malas siswa jadi teratasi,” ungkapnya.
Di sekolah tersebut diberikan waktu konsultasi bagi orang tua setiap Senin. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui perkembangan siswa selama pembelajaran di rumah. Kemudian orang tua pun diberikan bekal ilmu untuk pembentukan karakter dan mengatasi siswa. Saat full daring di rumah dan kembali pembelajaran di sekolah banyak siswa yang menjadi semakin tidak teratur.
Ia menambahkan saat siswa sedang tantrum, maka diberikan nasehat dengan tidak marah. Siswa berkebutuhan khusus saat diberikan nada bicara tinggi maka dapat langsung makin marah bahkan tidak ingin pergi sekolah kembali. Ada pula siswa yang membuang air besar di dalam kelas saat jam pembelajaran. “Kalau ngasih tau mereka ya saya tidak dengan emosi. Mereka itu perlu sentuhan pakai kasih sayang. Jangankan emosi, mata yang melotot ke mereka aja bisa langsung makin marah,” pungkasnya. (nad)