Petani Bandel Gagal Panen karena tak Menurut
RAWAMERTA, RAKA – Sawah di wilayah Kecamatan Rawamerta, khususnya di seberang kantor Camat Rawamerta terancam gagal panen setelah diserang hama penggerek dan Wereng Batang Coklat (WBC). Sebelumnya petani di wilayah itu sudah diperingatkan untuk tidak mendahului tanam padi karena tingginya ancaman kedua hama tersebut.
Menurut Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Kecamatan Rawamerta Wahyu Abdul Aziz, petani memaksa tanam sebelum semua padi dipanen. Padahal hama dari tanaman padi yang belum dipanen itu akan berpindah ke padi yang lebih muda, atau padi yang baru di tanam. Buktinya saat ini hama penggerek habiskan hektaran sawah milik petani yang baru ditanam. “Siklus hamanya tidak akan pernah berhenti, justru akan semakin bertambah karena tak ada pemutusan siklus hama,” ujarnya kepada Radar Karawang.
Sebaiknya, lanjut Aziz, petani bisa lebih bersabar dan menunggu semua petani memanen sawahnya. Sekalipun tak semua hama dapat dibasmi, namun dengan menunggu semua tanaman padi di panen, hama yang berada di padi tua akan hijrah atau mati dengan sendirinya. “Daripada hama dari padi tua pindah ke padi muda, mending petani yang bersabar,” ucapnya.
Ia mengaku telah sering kali memberikan pemahaman tersebut kepada para petani, namun tak diketahui faktor apa yang menyebabkan petani maksa lakukan tanam. Padahal, menanam padi muda sebelum semua padi tua di panen itu yang paling berbahaya dan mengancam keselamatan padi muda. “Kalau padi sudah mulai tua, sudah bisa tahan hama, padi yang rentan oleh hama itu padi muda. Makanya petani harus sabar menunggu semua dipanen baru tanam lagi serentak,” tegasnya.
Rasim (46) petani setempat mengatakan, biasanya ia mulai tanam jika sudah memasuki musimnya, dan dari pengalaman yang ia ketahui dari orangtua, untuk satu tahun itu petani menanam padi sebanyak 2 kali. Ada satu musim yang tidak dipakai untuk bertanam, yaitu pada musim kemarau. Tanah di area pesawahan sengaja dikeringkan. “Sekarang mah gak ada jeda tanam, tanam terus walaupun musim kering padahal tidak baik buat tanah,” jelasnya.
Kendatipun demikian, ia terpaksa ikut bertanam. Alasannya, sayang dengan limpahan air yang cukup banyak dari irigasi. “Sayang juga kan kalau limpahan air sudah banyak, tapi tak digunakan. Tapi memang sih, hasilnya gak memuaskan dan malah gak baik buat kontur tanah,” pungkasnya. (rok)