PURWAKARTA

Jabar Masagi Lekatkan Budaya Daerah

PURWAKARTA, RAKA – Para kepala sekolah SMA di Kabupaten Purwakarta, Karawang dan Subang, mengikuti sosialisasi Jabar Masagi, program baru pendidikan yang dicetuskan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Kepala KCD Wilayah IV Dinas Pendidikan Jawa Barat H Ai Nurhasan mengatakan, Jabar Masagi merupakan konsep pendidikan karakter yang menitikberatkan pada budaya Jawa Barat khusunya budaya Sunda.
“Pendidikan karakter di sekolah, khususnya yang ada di KCD wilayah IV akan lebih ditingkatkan dengan merealisasikan program Jabar Masagi. Dalam Jabar Masagi, tiap budaya lokal dihargai setara bukan untuk digantikan atau menggantikan. Tapi satu sama lain hadir untuk saling melengkapi,” ujarnya, saat ditemui di SMAN 2 Purwakarta, Selasa (19/7).
Menurutnya, keragaman budaya lokal adalah kekuatan dari Jawa Barat. Dapat mengakomodir tiga budaya di tiga wilayah. Yakni Sunda Priangan, Cirebonan dan Betawi. “Filosofi Masagi yaitu bagaimana berproses menjadi manusia yang memiliki pribadi yang kokoh, ajeg atau seimbang dalam berpikir, merasa dan bertindak. Jabar Masagi menjadikan budaya lokal yang beragam sebagai pondasi yang harus diletakan di awal,” ucapanya.
Ai menambahkan, ada empat ciri Jabar Masagi yaitu, surti (memahami), harti (pikiran), bukti dan bakti (sesuatu yang dilakukan bermanfaat bagi orang lain) yang harus diterapkan kepada anak didik. “Jabar Masagi itu isinya sebenarnya bahasa dan prilaku sehari-hari, empat ciri Jabar masagi yaitu, surti, harti, bukti dan bakti yang harus diterapkan kepada anak didik. Bahkan dengan kearifan lokal, lebih cepat diterima,” tambah dia.
Implementasi kurikulum program Jabar Masagi, kata Ai, adalah seluruh program praktik baik di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat yang mampu menumbuhkan generasi muda di Jawa Barat sebagai manusia berbudaya yang memiliki kemampuan untuk bisa belajar merasakan (surti), belajar memahami (harti), belajar melakukan (bukti), belajar hidup bersama (bakti).
“Penerapan program Jabar Masagi tidak akan menyulitkan guru dalam kurikulum karena kuncinya adalah kemauan untuk menyentuh hati siswa, karena perubahan perilaku terjadi ketika hatinya tersentuh,” jelasnya. (gan)

Related Articles

Back to top button