Antisipasi Penyebaran Cacar Monyet, Lahir Sebelum Tahun 1980 Dinilai Aman
KARAWANG, RAKA- Penyakit cacar monyet kini menjadi perhatian pemerintah, pasalnya ada satu warga di Jakarta yang tertular. Masyarakat diimbau menerapkan pola hidup sehat agar terhindar dari penyakit ini.
Irwin, dokter spesialis penyakit dalam RSUD Karawang menuturkan, penyakit cacar monyet berasal dari hewan pengerat seperti monyet, tikus, tupai. Penyakit tersebut masih dapat dihindari oleh masyarakat dengan tidak melakukan interaksi secara langsung. “Supaya tidak terpapar cacar monyet kita bisa menghindari interaksi langsung dan dekat dengan hewan yang membawa virusnya,” katanya, baru-baru ini.
Cara yang lain, lanjutnya, dapat dilakukan dengan cara mencuci tangan secara rutin. Merawat luka, dan tidak mengkonsumsi daging hewan liar yang belum diolah. Gejala yang timbul mulai dari demam, ruam di kulit, kelelahan, sakit kepala, pembengkakan di kelenjar getah bening. “Sebaiknya, untuk daging hewan liar dimasak sampai matang terlebih dahulu untuk mematikan kuman. Masyarakat akan merasakan demam sampai pembengkakkan kelenjar getah bening untuk gejalanya,” paparnya.
Yahya Permana, kepala Bidang Pelayanan memaparkan pihak RSUD siap untuk memberikan pengobatan kepada masyarakat yang mengalami penyakit tersebut. Obat cacar monyet saat ini belum ditemukan. Akan disiapkan ruang isolasi jika terdapat masyarakat yang sudah terpapar. “Kami akan menyiapkan ruang isolasi jika diperlukan bagi masyarakat. Sumber daya manusia (SDM) pun akan kami siapkan, namun untuk obat memang belum ada sampai sekarang. Kami perlahan akan mengobati dengan obat-obatan yang diperlukan sesuai dengan tahapan gejala,” paparnya.
Terpisah, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menuturkan, orang yang lahir sebelum tahun 1980 cenderung aman dari penularan cacar monyet. Pasalnya, sebelum tahun 1980an, Indonesia melakukan vaksinasi cacar kepada populasi. Sebab saat itu, wabah cacar melanda Indonesia termasuk Asia dan Eropa. Vaksin cacar yang disuntikkan sebelum tahun 1980 ketika itu, tidak memiliki masa kadaluarsa, atau antibodi bertahan seumur hidup. Sehingga ia berharap, orang-orang yang lahir sebelum tahun 1980 masih memiliki antibodi saat ini. “Virus cacar monyet vaksinasinya sampai 1980, kalau teman-teman yang lahir sebelum 1980 seperti saya, ada tuh di tangan goresan-goresannya, bekas vaksin cacar saat dulu. Nah ini sekali divaksin seumur hidup. Teman-teman yang lahir di bawah 1980an ke bawah terproteksi, mungkin enggak 100 persen, tapi terproteksi,” katanya, Senin (22/8).
Menurutnya, prevalensi cacar monyet di Indonesia cenderung lebih rendah daripada Eropa. Dulu, sejarahnya, kata dia, wabah cacar di Asia lebih datang belakangan dibanding Eropa. Maka antibodi orang Eropa lebih cepat hilang. “Karena lebih cepat hilang wabahnya, lebih cepat vaksinasinya, lebih sedikit orang yang punya antibodi di Eropa. Orang Indonesia saat ada wabah cacar dulu, termasuk saya itu divaksinasi lho, sehingga masih ada antibodinya. Seharusnya sih masih ada antibodinya,” paparnya.
Ia menegaskan fatalitas atau tingkat kematian cacar monyet lebih rendah dibanding Covid-19. Dari hampir 40 ribu orang, sebanyak 12 kematian dilaporkan. “Dan itu yang meninggal karena infeksi sekunder. Ada infeksi bakteri di paru, atau otak menyebabkan meningitis. Bukan meninggal karena ruam di kulitnya. Dan strain cacar monyet itu ada dua, yakni dari Afrika Barat dan Afrika Tengah. Satu fatal, satu enggak. Semoga (pasien pertama) di kita yang enggak fatal,” tegasnya. (nad/jpg)