HEADLINE

Kampung Siaga Bencana Diperbanyak

KARAWANG, RAKA – Kabupaten Karawang menjadi salah satu daerah di Jawa Barat paling sering terkena bencana banjir, puting beliung hingga kebakaran. Keberadaan Sungai Citarum dan Cibeet menjadi momok yang mengkhawatirkan setiap musim hujan. Maklum, dua sungai tersebut keadaannya sudah mengkhawatirkan. Mulai dari pendangkalan, penyempitan yang berujung pada meluapkan air sungai tersebut.
Mengantisipasi banjir yang kerap melanda, Taruna Siaga Bencana (Tagana) Karawang bakal tambah dua Kampung Siaga Bencana (KSB) di dua kecamatan. Ketua Forum Koordinasi (FK) Tagana Karawang Novi Madera mengatakan, ditambahnya KSB tersebut sebagai bentuk mengantisipasi kekhawatiran akan datangnya bencana alam di wilayahnya.
Saat ini, kata dia, sudah ada lima kecamatan yang sudah dibentuk KSB yaitu Karawang Timur, Karawang Barat, Pakisjaya, Cilamaya, Telukjambe Barat dan Telukjambe Timur.
“Kampung Siaga Bencana difungsikan untuk mengkoordinir terjadinya bencana alam yang terjadi di wilayah tersebut, ada yang namanya lumbung sosial, jadi dia sistemnya mengatur seperti dapur umur, assessment atau pelatihan ketika ada bencana, dengan demikian, Kemensos meminta di setiap Kabupaten atau Kota harus ada KSB yang berada di tiap titik rawan terjadinya bencana,” ujar dia.
Dia menuturkan, dua wilayah kecamatan yang akan ditambah ini masih dalam pemetaan pihaknya. Sebab, selain menentukan, pihaknya juga harus melihat potensi bencana alam apa yang kerap terjadi dan kemauan sumber daya manusia dalam ikut serta mewujudkan KSB tersebut. “Untuk anggotanya diambil dari wilayah tersebut, di satu desa ada dua orang itu tidak masalah, asalkan dari setiap desa ada. Setelah KSB itu terbentuk lalu diberi SK oleh kecamatan dan desa untuk mengelola nantinya seperti logistik, masalah evakuasinya, masalah dapur umumnya, assessment, jadi mereka belajar sendiri dari wilayah yang terdampak,” tuturnya.
Tidak hanya KSB, pihaknya juga sudah membentuk 2 TMS atau disebut Tagana Masuk Sekolah. Dua sekolah tersebut yakni MAN 3 Batujaya dan SMAN 1 Pedes. “TMS ini dibentuk sebagai upaya kita dalam mensosialisasikan dan juga penerapan bagaimana jika terjadinya bencana alam, murid-murid akan tanggap jika sudah diberi edukasi bagaimana jika terjadinya bencana. Serta murid juga diberi kesadaran memiliki, sekolah milik mereka yang harus dijaga, seperti aset-aset sekolah, buku dan lain-lain, walaupun itu bukan milik mereka tetapi dengan kesadaran memiliki lah mereka bisa menjaga agar bisa terus digunakan oleh adik-adik kelasnya berikutnya,” ungkapnya. (psn/in)

Related Articles

Back to top button