Santri Produksi Simping Sayuran

PURWAKARTA, RAKA – Santri Pondok Pesantren Al-Muhajirin memproduksi simping berbahan dasar sayuran.
Mereka belajar produksi makananan khas Kabupaten Purwakarta ini agar mampu berwirausaha setelah selesai menimba ilmu. “Selain paham soal keagamaan juga bisa berwirausaha produksi simping di kampung saya,” kata Muhammad Fikri Fajar, santri Ponpes Al-Muhajirin.
Sayuran yang mereka pilih diolah menjadi simping terdiri dari pakcoy, bayam merah dan bunga talang yang penanamannya melalui sistem hidropinik. Sayuran tersebut kemudian dihaluskan menggunakan blander lalu dicampur dengan tepung tapioka, santan, bawang putih dan garam. Setelah halus kemudian diaduk dengan tepung.
Adonan yang sudah siap, kemudian diambil sedikit demi sedikit dan dimasukkan ke dalam alat cetakan simping. Pembakaran melalui pengapian di dalam alat cetak tersebut.
Keterampilan, konsentrasi dan kecepatan diutamakan dalam proses pembuatan simping, kemudian hasilnya dikemas dalam plastik yang menarik. “Produksi simping tidak menggangu belajar yang menjadi tanggungjawab saya. Mudah-mudahan nanti saya bisa buka lapangan pekerjaan,” katanya.
Manager Farm Al-Muhajirin Purwakarta Eni Lestiorini menambahkan bahwa ide ini berawal dari banyaknya santri yang kurang suka makan sayur, kemudian berinovasi melakukan cemilan berbahan dasar sayuran.
“Saat ini anak-anak banyak sekali tidak menyukai sayuran, di sini saya terbangun bagaimana caranya sayuran ini tidak monoton atau terus menerus dibuat sayuran, saya combine untuk anak-anak seperti cemilan berbahan dasar sayuran,” jelasnya.
Eni memastikan jika simping ala santri Al-Muhajirin ini aman dan sehat, selain karena berbahan dasar sayuran dan tidak ada campuran lainnya. “Di sini sama sekali tidak menggunakan pengawet juga MSG, hanya menggunakan tepung tapioka sayuran dan juga bahan dari gurihnya dari
santan kelapa,” bebernya.
Ketua Yayasan Al-Muhajirin Ifa Faizah Rohmah mengatakan, pihaknya mengembangkan berbagai agri bisnis dan tanaman agar menjadi bekal para santri di kemudian. Menurutnya, simping merupakan cemilan ciri khas Purwakarta, karena itu produk tersebut menjadi bagian menyokong inovasi berbasis kearifan lokal. “Ini juga terobosan baru mengintegrasikan antara pertanian dengan produk olahan yang mana tentu kita tahu sayuran ini sangat bermanfaat bergizi dan baik untuk kesehatan,” ujarnya.
Ifa menyebut, dengan produksi simping sayuran ini para santri juga dilatih minimal memahami mengetahui bagaimana proses pembuatan makanan legendaris dari Kabupaten Purwakarta. “Pendidikan entrepreneur Al-Muhajirin ini bukan pesantren yang mempekerjakan santri. Namun mereka itu belajar langsung berwirausaha,” jelasnya.
Menurutnya, dengan bekal ilmu agama yang kuat, seorang santri dapat menjadi pengusaha yang tidak hanya sukses, namun juga peduli pada masyarakat dan lingkungan sekitarnya. “Dengan dibekali ilmu wirausaha tersebut, para santri diharapkan mampu menjadi enterpreneur Islami yang turut membawa perubahan untuk Indonesia yang lebih baik,” pungkasnya. (gan)