HEADLINE

Calo Tenaga Kerja Masih Merajalela
-Karyawan Kontrak Dibanderol Rp5 Juta, Kartap Puluhan Juta

KARAWANG, RAKA – Awal tahun 2023 jadi harapan baru bagi para pencari kerja. Karena biasanya banyak perusahaan membuka lowongan pekerjaan di tahun yang baru. Namun, jumlah lapangan kerja tidak sebanding dengan angkatan kerja. Kondisi ini diperparah dengan keberadaan calo yang masih bergentayangan untuk mematok tarif bagi mereka yang ingin cepat kerja.
Beben (26) warga Cikampek mengaku keberadaan calo mempermudah calon pekerja yang punya uang tapi minus pengalaman. Namun, memberatkan bagi mereka yang tidak memiliki uang. Tarif yang dipatok calo pun berbeda-beda tergantung dari status si karyawan. “Kalau hanya karyawan kontrak paling jutaan, sekitar Rp5 juta. Karyawan harian paling Rp2 jutaan. Kalau mau jadi karyawan tetap (kartap) bisa sampai puluhan juta,” ungkapnya kepada Radar Karawang, kemarin.
Menurutnya keberadaan calo sudah jadi rahasia umum. Bahkan ada juga orangtua yang sengaja mengumpulkan uang agar nanti saat anaknya sudah lulus sekolah bisa langsung kerja. “Ngumpulin uang agar nanti bisa bayar calo,” katanya.
Menurut Nur Mahmudi Ismail (19) warga Desa Wancimekar, Kecamatan Kotabaru, agar bisa bekerja di perusahaan sangat sulit. Tapi dia masih yakin bisa bekerja tahun ini. Di sisi lain, praktek percaloan semakin menyulitkan para pencari kerja karena tarif yang dipatok sangat mahal. “Per orang bisa membayar enam sampai delapan juta,” katanya.
Pencari kerja lainnya, Siti Wulan Sari (21) berharap tahun ini bisa bekerja agar bisa mendapatkan uang. Apalagi saat ini kondisi ekonomi sedang menjerit karena harga-harga semakin mahal. “Pastinya banyak orang yang berlomba-lomba mencari pekerjaan demi kebutuhan sehari-hari,” tuturnya.
Ia melanjutkan, banyak sekali perusahaan yang membuka lowongan, tetapi itupun tidak mudah baginya bisa diterima bekerja karena terlalu banyak persyaratan, sehingga tidak sesuai dengan kualifikasi yang dimilikinya. “Saking ingin bekerja banyak yang melalui calo agar masuknya lebih mudah, tetapi harus membayar uang. Untuk pembayarannya tergantung perusahaan, tetapi lumayan besar dua sampai belasan juta,” terangnya.
Hal sama diungkapkan Abdul Malik (21). Menurutnya agar bisa bekerja di perusahaan peluangnya sangat kecil. Namun, dia masih berharap bisa berkerja. “Kalau ingin sedikit mudah masuk kerja, kita harus lewat calo. Kita bisa membayar lima sampai lima belas juta,” katanya.
Sedangkan Jamaludin (23) mengungkapkan, bekerja menjadi impiannya walaupun sulit diterima karena ada calo. “Kita harus membayar uang tiga sampai enam juta,” ungkapnya.
Begitu pun dengan Wahyudi (22) warga Desa Wancimekar, tahun ini dia masih ingin bekerja meski sudah melamar ke beberapa perusahaan, namun belum kunjung diterima. “Masuk kerja sangat susah kalau tidak lewat calo. Terkadang kalo lewat calo kita harus membayar sepuluh sampai lima belas (juta),” terangnya.
Menurut Bella Silvia (20) warga Desa Pangulah Selatan, Kecamatan Kotabaru, tahun ini dia berharap bekerja di perusahaan meski sulit karena rata-rata harus melalui calo. “Untuk masuk kerja kita harus membayar uang lima sampai tujuh belas juta,” terangnya.
Nanang (19) warga Kamurang, Desa Jatimulya, Kecamatan Pedes, mengaku sudah mendatangi dinas yang mengurus ketenagakerjaan hanya sebatas menanyakan lowongan kerja.

Nanang mengaku sudah beberapa kali membuat lamaran kerja, tapi belum ada perusahaan yang memanggilnya. Bahkan dia juga nekat mendatangi sejumlah pabrik walaupun sampai pintu gerbang satpam, hanya sekadar untuk bertanya soal lowongan kerja.
“Harapan saya kerja di pabrik kawasan atau di Jababeka,” ujarnya.
Pencari kerja lainnya, Eka (18) warga Dewisari, Rengasdengklok, mengaku tengah mencari kerja yang lebih baik lagi, pasalnya gaji di tempat kerja yang sekarang hanya di bawah Rp2 juta, dan itu tidak sebanding dengan pengeluaran sehari-harinya. Eka mengaku sudah mendaftar kerja melalui info loker, tapi dia ingin memastikan alamat yayasan perusahaan yang ditujunya.
“Saya datang ke sini (Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi) mau tanya alamat yayasan perusahaan saja,” katanya.

Soal percaloan di luar Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi itu sudah menjadi rahasia umum. Dan itu bukan menjadi tanggung jawab Disnakertrans. Sebagaimana dikatakan Kepala Disnakertrans Kabupaten Karawang Rosmalia Dewi menyebut info loker sebagai upaya untuk memproteksi orang Karawang supaya tidak terkena calo.
“Tapi apakah nanti calo itu tidak ada, ya engga tahu,” katanya saat ditanya Radar Karawang.

Rosmalia mengatakan calo itu bentuk kejahatan yang sudah menjadi kewenangan pihak kepolisian, dan bukan kewenangan Disnakertrans. Kemudian Rosmalia memastikan tidak ada percaloan di dalam info loker, tapi jika calo itu berasal dari pegawai Disnakertrans, pihaknya meminta agar bisa dibuktikan.
“Kalau memang ada bukti yang kuat saya akan pecat,” ujarnya.
Berdasarkan data dari Disnakertrans Kabupaten Karawang sepanjang tahun 2022 mencapai 28.569 orang. “Jumlah pencari kerja itu sesuai dengan data Infoloker Disnakertrans Karawang,” kata Kepala Bidang Penerimaan Tenaga Kerja, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Karawang Endang Syafrudin.
Dari total 28.569 orang yang tercatat sebagai pencari kerja di Kabupaten Karawang, hanya 26.379 orang yang mendapat pekerjaan. “Sisanya, sebanyak 2.190 orang belum terserap industri. Jadi, pada tahun ini penyerapan industri baru 75 persen,” katanya.(mra/zal)

Related Articles

Back to top button