HEADLINE

235 Pasien TB di Cikampek, 7 Pasien Resisten Obat

CIKAMPEK, RAKA – Angka penyakit TB paru di wilayah Kecamatan Cikampek tinggi. Selama tahun 2022 terhitung 235 pasien TB paru yang menjalani program pengobatan di Puskesmas Cikampek.
Kepala Puskesmas Cikampek dr. Sari Ali Astuti menuturkan, penyakit TB paru di wilayah Cikampek terbilang masih cukup tinggi. Pada tahun 2022 kemarin, pihaknya menargetkan 200 orang pasien TB paru dalam setahun. Namun kenyataan pasien yang terkena TB paru mencapai 235 orang. “Sudah ada rumus penghitungannya, dari jumlah penduduk berapa targetnya harus berapa. Kalau kurang dari target berarti kita tidak kerja, kalau lebih ya bagus berarti trakingnya maksimal,” katanya, kepada Radar Karawang, Kamis (5/1).
Penyakit TB paru, kata Sari, gejalanya bermacam-macam seperti batuk lebih dari dua minggu, berat badan menurun, selalu keluar keringat dingin malam hari, nyeri dada, sesak nafas hingga batuk darah. “Batuk darah atau sesak itu gejala yang sudah parah. Kalau sesak berarti ada kerusakan paru-paru,” ucapnya.
Pengobatan penyakit TB paru ini, kata dia, tidak bisa dilakukan hanya satu atau dua kali minum obat. Penderita penyakit paru harus menjalani pengobatan selama 6 bulan secara terus menerus dan teratur setiap harinya. Ketika ada pasien yang terduga mengidap penyakit TB paru, pihaknya akan melakukan tes cepat molukuler (TCM) untuk mengetahui apakah orang tersebut resisten terhadap obat atau tidak. Jika pasien tersebut tidak resisten terhadap obat yang ada di Puskesmas maka pengobatan dilakukan di Puskesmas. Namun bagi yang sudah resisten terhadap obat akan dilakukan pengobatan atau dirujuk ke RS Paru. “Obat yang di Puskesmas yaitu ripamtisin yang diminum selama 6 bulan. Yang baru juga bisa langsung resisten kalau tertularnya sama yang udah resisten,” ujarnya.
Selama 6 bulan, lanjut Sari, dua bulan pertama yaitu fase awal. Tetapi jika hasil cek dahak pada dua bulan pertama ini tidak ditemukan virus, pengobatan juga tetap harus diteruskan hingga 6 bulan atau fase lanjutan. “Resisten juga bisa disebabkan karena pengobatan yang tidak teratur atau tidak tuntas,” jelasnya.
Selama satu tahun kemarin, ia mencatat ada 7 pasien yang dinyatakan resisten terhadap obat sehingga harus dirujuk ke RS Paru. Namun tidak sedikit juga pasien yang sembuh secara total karena ketekunannya dalam menjalani proses pengobatan dan teratur minum obat. “Di atas 80 persen sembuh. Kalau resisten pengobatannya juga, darah dicek dan lain-lain,” pungkasnya. (nce)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button