Rumah Hancur, Adeng Numpang di Mertua
-Warga Citaman Nyari Kontrakan
PANGKALAN, RAKA – Sejumlah rumah di Dusun Citaman, Desa Tamansari, kini tinggal puing-puing berserakan. Para penghuni rumah sudah berpencar mencari tempat tinggal seada-adanya.
Pemerintah pusat melalui Pengadilan Negeri Karawang terpaksa harus membongkar puluhan rumah di Citaman, sebab lahan itu sudah ditargetkan menjadi lokasi proyek nasional yaitu lintasan jalan tol Japek II sisi selatan. Warga terdampak terpaksa dan pasrah harus pindah tempat tinggal.
Sejatinya tidak ada yang rela rumahnya dibongkar paksa, apalagi dengan alat berat seperti ekskavator.
Misalnya, Adeng (51) warga Dusun Citaman, Tamansari, mengaku dengan berat hati untuk meninggalkan rumahnya yang sudah dibangun sekitar tahun 2005.
“Sebenarnya engga enak, saya nangis begitu rumah roboh,” ujarnya.
Adeng harus membawa tiga anak dan istri ke rumah mertuanya satu hari sebelum eksekusi dilakukan. Ia sengaja menyuruh sang istri untuk tidak menyaksikan pembongkaran paksa, sebab khawatir pingsan saat rumahnya dihancurkan dengan mesin pengeruk atau eskavator.
“Istri engga suruh ke sini takut pingsan,” kata Adeng saat ditemui di bawah pohon rambutan depan rumahnya yang sudah rata.
Adeng mengaku sudah sekitar 18 tahun memiliki rumah di Dusun Citaman itu, tapi saat ini sudah rata dan harus pindah. Kata Adeng, lahan warisan keluarga istirnya seluas 341 meter itu sudah dihargai 200 ribu per meter. Dan dia berencana akan membangun rumah kembali di Dusun Cibuk dekat dengan mertuanya.
“Sekarang masih numpang di mertua,” kata Adeng.
Adeng mengaku sampai saat ini belum memiliki tanah untuk membangun rumah di Cibuk, sebab harga tanah di sana sudah 400 ribu per meter, sedangkan tanah di Citaman itu hanya dihargai 200 ribu. Saat ditemui, ia mengaku belum mengambil uang ganti tanah di Pengadilan Negeri Karawang.
“Nanti mau badami (musyawarah) dulu sama istri,” katanya.
Sanih (45) mengaku sedih saat rumahnya yang baru dibangun tiga tahun itu dibongkar paksa. Sanih dengan tiga anaknya terpaksa harus mengontrak di kontrakan yang lokasinya tak jauh dari rumahnya.
“Saya sekarang sudah mulai ngontrak sebulan 400 ribu,” katanya saat ditemui di depan rumahnya yang sudah hancur.
Rumah milik Sanih yang dibongkar itu merupakan hasil dari bantuan program rutilahu tiga tahun silam. Saat ini Sanih pun kebingungan untuk membangun rumah kembali. Dia berharap banyak kepada pemerintah maupun instansi lainnya agar diberikan bantuan rumah lagi.
“Saya sudah beli lahan 100 meter di Dusun Bunder, tapi engga ada buat bangun rumahnya,” kata Sanih yang tak bersuami itu. (mra)