Kasus Gua Lele Menggantung

TAHLILAN: Sejumlah anggota Mahasiswa Pecinta Alam Unsika (Mapalaska) sedang tahlilan di sekretariatnya, Minggu (29/12). Sebagian dari mereka juga mengikuti kegiatan serupa di rumah-rumah duka.
Sementara Tidak Ada Kegiatan di Luar Kampus
TELUKJAMBE TIMUR, RAKA – Satu pekan pascamusibah Gua Lele yang memakan korban tiga mahasiswa Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika), Mahasiswa Pecinta Alam Unsika (Mapalaska) masih dalam suasana berkabung. Untuk sementara, mereka tidak melakukan kegiatan di luar kampus, seminggu ini juga mereka rutin mengadakan tahlilan untuk mendoakan ketiga almarhum. “Ada yang tahlilan di sini, ada juga teman-teman yang ke rumah almarhum, mereka tahlilan dan bantu-bantu di sana,” terang Ketua Mapalaska Wido Arya Ritaldi saat ditemui di Sekretariat Mapalaska, Minggu (29/12).
Mengenai musibah ini, dia mengakui pascakejadian, dirinya dan rekannya yang melakukan kegiatan di Gua Lele hari itu, langsung diamankan dan dimintai keterangan oleh Polres Karawang. Namun sejauh ini belum ada putusan pasti mengenai perkembangan kasus ini, dan status mereka masih menjadi saksi. “Kita sempat mau bikin rilis, tapi polres bilang mereka yang akan buat rilis, kita sudah sampaikan semuanya ke polres,” ucapnya.
Menurutnya untuk memutuskan perkara Polres Karawang masih menunggu adanya tuntutan dan hasil otopsi. Namun kenyataannya, semua pihak keluarga menolak melakukan otopsi dan langsung memakamkan ketiga korban. Sampai saat ini juga tidak ada satupun keluarga yang menuntut Mapalaska kepada pihak kepolisian. Sebaliknya, pihak keluarga menerima dengan baik anggota Mapalaska yang menginap di kediaman almarhum selama beberapa hari ini.
Diceritakannya, ketiga korban adalah para anggota muda yang saat itu melakukan eksplorasi Gua Lele dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk diangkat sebagai anggota tetap. Keikutsertaan mereka di Mapalaska menurutnya sudah direstui orang tua mereka, dia yakin orang tua tahu dan mengerti hobi dan kegemaran anaknya. Pihak Mapalaska pun tetap menjalin komunikasi dengan keluarga korban, selain itu mereka juga menyalurkan santunan dari para anggota dan rekan-rekan korban. Dikatakannya, hubungan baik dengan keluarga korban masih terjalin baik, terbukti dengan adanya pernyataan dari orang tua salah satu korban. “Jangan lupa main ke sini, anak saya sudah tidak ada, sekarang kalian yang bisa saya anggap anak,” ucap Wido menirukan, sesaat sebelum bertolak ke kediaman mendiang Erisya di Bogor. (cr5)