Air Sumur Warga Barugbug Tercemar
JATISARI, RAKA – Hitam pekat dan bau yang sangat menyengat. Itulah pemandangan yang terlihat dan dirasakan ketika berada di dekat Bendung Barugbug. Bau dari air tersebut dikeluhkan sejumlah warga Desa Barugbug dan Situdam.
Namun apadaya, masyarakat hanya bisa pasrah dengan kondisi air bendungan sudah hampir empat tahun tercemari oleh limbah industri dari kabupaten tetangga yakni Purwakarta dan Subang.
“Sudah ada empat tahunan. Karena airnya dari limbah pabrik kertas yang ada di Purwakarta,” kata Ajo (35) warga Barugbug yang rumahnya berada di sekitar bendungan, Minggu (28/10).
Hal senada diungkapkan Ojos (44), karena sudah saking lamanya, bau yang sangat menyengat itu tidak lagi menjadi sesuatu yang baru baginya. “Sudah tiga tahun lebih. Makanya kami udah kebal sama bau kayaknya,” kata Ojos.
Dikatakan Ojos, air yang dulunya menjadi sumber bagi masyarakat sekitar untuk melakukan aktivitas mandi, mencuci bahkan bisa digunakan untuk minum. Kini telah berubah menjadi sumber kesusahan masyarakat. Selain bau yang sangat mengganggu, air sumur warga yang berada di sekitar bendungan juga tercemari sehingga tak bisa dikonsumsi. “Air sumur di rumah juga kebawa bau. Makanya kalau mandi atau mau ngambil wudhu juga haduh bau nya minta ampun. Kalau dimasak paling beli air galon,” ujarnya.
Menurutnya, sudah beberapa kali masyarakat sekitar melakukan protes dengan langsung mendatangi perusahaan. Namun semua yang telah dilakukannya tak membuahkan hasil. “Sudah beberapa kali juga tetap saja kayak gini. Kemarin ada dari polisi Karawang dan orang dinas juga tetap gak bisa kembali lagi bersih. Sekarang mah terima ajalah mau ngeluh juga gimana da susah. Mau ke orang desa ya pasti gak bisa juga,” ungkapnya.
Warga lain, Asim (46) juga mengatakan, ketika musim kemarau tiba, air akan sangat terlihat hitam serta menimbulkan bau yang sangat menyengat. Terlebih jika pagi hari saat dia mulai membuka pintu dan jendela rumah. “Kalau musim hujan, air itu ada kayak busa nya. Air terlihat agak bersih karena tercampur air hujan,” katanya.
Lebih jauh dia menjelaskan, hampir semua masyarakat di sekitar bendungan berharap Pemerintah Kabupaten Karawang melakukan tindakan, agar bisa menyelesaikan permasalahan air Bendung Barugbug.
Ohim (52) mengatakan, sebagai warga asli Barugbug dirinya berharap air tersebut bisa kembali bersih. “Ya pengennya bersih lagi. Karena dulu itu mandi, renang, nyuci, segala macem di bendungan itu. Sekarang kalau kena air bendungan itu, nempel banget bau nya,” katanya.
Ibnu Maliki yang bekerja sebagai Operator Bendung menyampaikan, tercemarnya air Bendung Barugbug sudah terjadi sejak tahun 2006. Namun, dia selaku petugas perairan juga tidak memiliki otoritas untuk mendatangi, kemudian menindak pelaku pencemaran. “Kita tugasnya ngelola air untuk digunakan sebagai kebutuhan pertanian. Dari 2006 sudah mulai bau dan hitam, tapi mulai ramai itu tahun 2009,” paparnya. (cr2)