HEADLINE

Melawan Kista dan Gejala Gizi Buruk

MAJALAYA, RAKA – Miris melihat kondisi Rahmah Aliah (12), warga Dusun 4 Gabel Rt 22/008 Desa Sarijaya Kecamatan Majalaya yang menderita penyakit kista mesentarium sejak tahun 2017 lalu.

Di usianya yang masih belia, gadis kelas 6 tersebut harus meninggalkan pendidikannya dan terpaksa menghabiskan waktunya di rumah dengan menanggung beban penyakit yang cukup berat.

Ayah Rahmah, Sakim (42) menuturkan, anaknya tersebut mengalami panas dingin setelah terjatuh dari motor tahun 2017 lalu. Ia pun tak tinggal diam, dari 1 klinik ke klinik lain ia sambangi untuk melalukan pengobatan. Namun bukan kesembuhan yang di dapat, justru kondisi penyakit anaknya malah semakin memburuk hingga harus di rujuk ke RSHS Bandung. “Setelah berobat paling 1 atai 2 hari saja membaik, selanjutnya kambuh lagi hingga perut anak saya membuncit, bahkam saat ini anak saya di vonis hejala gizi buruk juga,” katanya.

Selain menderita penyakit kista, anak perempuan pasangan dari Sakim dan Suhani (42) tersebut kini hanya bisa berbaring di atas kasur dengan kondisi tubuh yang mengkhawatirkan. Pasalnya, selain menderita penyakit kista anak, Rahmah juga divonis gejala gizi buruk, sehingga kondisi tubuhnya saat ini hanya terlihat tulang saja.

Sakim mengaku sudah sangat lelah setelah 2 tahun fokus mengobati anaknya tersebut, khususnya mengahadapi kondisi finansial keluarga yang semakin menipis. Mengingat, selain kebutuhan untuk obat, kebutuhan untuk perbaikan gizinya juga memerlukan dana yang cukup besar. Saat ini, ia hanya bisa pasrah dan banyak berdoa, ia juga sangat mengarapkan uluran tangan dari para penderma. “Harusnya dalam waktu dekat ini kontrol lagi ke RSHS, namun kami kekurangan dana,” keluhnya.

Akibatnya, Rahmah yang saat ini sudah menginjak kelas 6 terpaksa menghentikan kegiatan pendidikannya. Padahal, minggu-minggu ini waktunya sibuk belajar karena menghadapi ujian. “Yang penting kesehatan anak saya bisa kembali,” paparnya.

Suhani (42) ibunda Rahmah menambahkan, mulai dari pengobatan awal hingga saat ini, tak pernah ia mendapat bantuan dari manapun. Seharusnya anaknya tersebut harus mendapat perawatan kembali ke RSHS, atau sekedar kontrol, namun karena keterbatasan biaya, ia terpaksa mengurungkan niatnya tersebut dan lebih memilih melakukan pengobatan di rumah. “Harusnya sih dikontrol, tapi kami kurang biaya. Sudah seret banget,” keluhnya.

Hanya saja, ia merasa beruntung masih ada sisa susu dan makanan bergizi lainnya dari para donatur di Bandung. Namun diperkirakan tidak akan bertahan lama, karena untuk kebutuhan konsumsi setiap hari. (rok)

Related Articles

Back to top button