SD Pisangsambo 1 Resmi jadi Cagar Budaya, Bangunan akan Segera Direvitalisasi

KARAWANG, RAKA – Bangunan Sekolah Dasar (SD) Pisangsambo I yang terletak di Kecamatan Tirtajaya, resmi ditetapkan menjadi cagar budaya tingkat kabupaten pada 24 November 2023 lalu. Bangunan pun akan segera direvitalisasi.
Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Karawang, Irwan Zulkarnain mengungkapkan, sebelum ditetapkan sebagai cagar budaya, bangunan tersebut telah melalui sejumlah tahapan. Surat Keputusan penetapan ini dikeluarkan secara langsung oleh Bupati Karawang, Aep Syaepuloh. Pendaftaran sebagai cagar budaya telah dilakukan sejak Agustus 2023. “Ini memang sudah ditunggu-tunggu, karena sebelum ditetapkan menjadi cagar budaya, SD Pisangsambo tidak bisa direvitalisasi. Proses penetapannya melalui banyak hal, penelitian dan survei oleh tim ahli, lalu didaftarkan sebagai cagar budaya pada Agustus 2023,” ujarnya, Senin (29/1).
Pada Februari 2024 ini Disparbud akan melakukan pemasangan plang tanda cagar budaya di bangunan itu. Selanjutnya akan mengadakan revitalisasi bangunan. Revitalisasi ini akan menggunakan bahan yang sama dengan bahan aslinya. “Kriteria revitalisasi tidak merubah bentuk, tidak merubah struktur, bahkan bahan bangunan harus disesuaikan mendekati asli. Di tahun-tahun sebelumnya Disdik tidak berani merenovasi karena SD Pisangsambo adalah bangunan bersejarah yang tidak boleh asal direnov,” tambahnya.
Sementara itu Kepala SDN Pisangsambo I, Een Suhernah menyampaikan material yang dipakai sejak awal berasal dari papan jati. Kemudian diubah menjadi bilik, kini untuk sisa material asli hanya ada di lantai yang menggunakan papan jati yang tebal. “Seperti yang sudah dipaparkan kepada tim cagar budaya, menurut keterangan nenek moyang kami dan sumber terdahulu, bahwa matrial dinding bangunan sebelumnya adalah berupa papan jati sedangkan sekarang berubah menjadi bilik,begitu juga dengan lantainya seperti ada yang masih tersisa yaitu berupa hamparan papan jati yang sangat tebal,” ungkapnya.
Tidak hanya itu untuk sekarang tinggi kolong juga sudah tidak sesuai dengan aslinya. Ia menambahkan jika dahulu tinggi kolong dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk bermain. Kemudian untuk bentuk pintu pun saat ini sudah tidak menggunakan model kupu-kupu. Jumlah pijakan di bangunan ini pun hanya tersisa satu buah. “Kolongnya pun sudah tidak setinggi dulu dimana waktu itu saya juga mengalami kalau main kami sering lari lari di kolong bangunan walaupun agak membungkuk, kalau main sambil duduk kepala kami tidak sampai menyentuh alas bawah lantai bangunan. Bagian pintupun tidak sesuai dengan aslinya karna dulu daun pintunya model kupu kupu. Dari jumlah pijakan juga dulu ada tiga tahap (hambalan), sekarang tinggal satu,” lanjutnya.
Jumlah meja dan bangku yang asli zaman dahulu kini hanya tersisa 2 hingga 3 buah. Ia mengaku sejumlah bagian memerlukan adanya perubahan. Pihak sekolah telah berulang kali melakukan tambal sulam untuk genting. Ia berharap agar saat revitalisasi model pintu dapat dikembalikan seperti model awal bangunan. Kemudian untuk satu ruang kelas yang sekarang tidak berfungsi akan digunakan sesuai kebutuhan setelah revitalisasi. “Meja dan bangku bangku juga tinggal 2-3 buah. Mungkin itu diantaranya yang sangat membutuhkan perehaban, tapi tidak menutup kemungkinan masih ada bagian bagian lain yang sudah tidak layak untuk dipertahankan seperti misalnya genting genting yang sudah ditambal sulam. Untuk model pintu tentu saja kami mengharapkan sesuai dengan aslinya pada zaman itu. Untuk ruang kelas kemungkinan akan kami gunakan sesuai kebutuhan,” tutupnya. (nad)