Aktivitas Proyek KCIC Dikeluhkan

DIKELUHKAN: Warga Kampung Tegalnangklak, Desa Bunder, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, mengeluhkan aktivitas proyek pembangunan jalur kereta cepat Jakarta-Bandung di kampung mereka. Selain menimbulkan bising, pelaksana proyek kerap mengabaikan longsoran tanah yang masuk ke pemukiman warga. Sehingga membuat warga kerepotan.
PURWAKARTA, RAKA – Pengerjaan proyek Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yang berlokasi di Kampung Tegalnangklak, Desa Bunder, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, dikeluhkan warga. Sebagian besar mereka mengeluh karena bising dan longsoran lumpur yang masuk ke pemukiman warga akibat pengerjaan proyek nasional tersebut. “Bising mah tiap tiap hari. Longsoran lumpur juga sudah terjadi tiga kali, terakhir Sabtu kemarin,” ujar salah seorang warga di kampung tersebut, Nurhayati, Senin (31/8).
Dia menyebut, pihak KCIC tidak bertanggung jawab atas insiden yang terjadi kemarin. Lumpur dibersihkannya bersama sang suami. Hal itu sangat merugikan karena kenyamanan keberlangsungan hidup terenggut akibat adanya proyek ini. “Kemarin lumpur saya bersihkan sendiri. Saya tidak menerima uang kompensasi sampai hari ini juga. Uang bising juga tidak ada,” keluh Nurhayati.
Dia meminta kepada pelaksana proyek untuk meminimalisir longsoran lumpur kembali terjadi, karena dikhawatirkan hal serupa kembali terulang. “Pihak proyek memang pasang tembok, tapi tidak maksimal. Seharusnya tembok itu dipasang lebih tinggi, agar lumpur ketika pengerjaan tidak masuk ke permukiman warga,” katanya.
Keluhan yang sama juga disampaikan warga lain, Cucum (40). Dia khawatir longsoran lumpuran kembali terjadi ketika pengerjaan dilakukan. “Yang saya khawatir itu kalau musim hujan tiba,” jelasnya. Dia mengaku juga belum menerima apapun dari pihak KCIC, yang kemarin bantuan sembako berupa beras dan telur dari pemerintah diambil dari kantor desa. “Ada yang dapat ada juga tidak, kalau saya dapat,” kata Cucum.
Perwakilan masyarakat wilayah setempat Dede Suhendi mengatakan, keluhan yang disampaikan masyarakat mengenai pengerjaan proyek KCIC di kampung tersebut dinilainya masuk akal dan sesuai fakta di lapangan. Kasus ini justru harus menjadi perhatian pihak KCIC agar masyarakat tidak merasa dirugikan dengan adanya proyek nasional tersebut. “Bising dan lumpur masuk ke permukiman warga itu kan bukan mengada-ngada. Memang faktanya seperti itu,” ujarnya.
Warga khawatir hal serupa kembali terulang juga realistis, mengingkat pengerjaan proyek tepat berada di atas perkampungan warga. Dia pun menyarankan kepada pihak KCIC untuk meminimalisir dampak yang disebabkan pengerjaan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ini. “Ini kan proyek nasional untuk menyejahtrakan masyarakat, bukan sebaliknya,” sesalnya.
Dirinya menyarankan pihak KCIC lebih responsif ketika ada dampak dari pengerjaan yang dinilai merugikan masyarakat. “Soal kompensasi bisa dimusyawarahkan dengan masyarakat bagaimana baiknya. Saya hanya sebatas fasilitator antara warga dengan pihak proyek,” tuntasnya. (gan)