HEADLINE

Aktivitas Warga Dengklok di Pengungsian

BANGUN JAMBAN: Warga yang berada di pengungsian membangun jamban.

Bangun Jamban Darurat Pakai Spanduk Bekas

RENGASDENGKLOK, RAKA – Bermodalkan barang bekas dan bambu seadanya, korban banjir yang tinggal di pengungsian membuat jamban darurat di dekat tempat tinggal sementara. Namun, jamban ini hanya bisa digunakan untuk buang air kecil dan mandi.

Warga korban banjir di Dusun Kalijaya 2, Desa Rengasdengklok Utara, Kecamatan Rengasdengklok membuat jamban darurat untuk tamu dan warga yang tinggal di pengungsian. Jamban berukuran satu kali satu meter ini terbuat dari spanduk bekas dan bambu. Lokasi jamban itu tidak jauh dari tenda tempat pengungsian korban banjir di Dusun Kalijaya 2.

Dayimin (72) warga pembuat jamban Dusun Kalijaya 2 RT 07/10 Desa Rengasdengklok Utara mengatakan, jamban tersebut sengaja dibuat untuk kepentingan umum, karena dikhawatirkan ada pengunjung yang datang dan ingin buang hajat. “Kalau airnya bisa ngambil di sumur, nanti disediakan,” jelasnya, kepada Radar Karawang, Kamis (4/2).

Material pembuatan jamban ini hasil swadaya masyarakat seperti paku, spanduk dan bambu. Pembangunan jamban yang dibuat persis di bahu jalan itu hanya inisiatif dari warga. “Kalau dulu memang gak ada jamban kaya gini, sebetulnya kita juga kalau mandi masih bisa di sumur,” katanya.
Cayun warga lainnya mengaku, jamban yang dibuat tak jauh dari tenda pengungsian juga bisa digunakan untuk pengungsi terutama ibu-ibu, tapi tidak bisa digunakan untuk buang air besar. “Kalau buang air besar ada juga yang ke tanggul (bantaran Citarum),” terangnya.

Sebelumnya, Ace Ketua RT 05/02 sudah mendirikan tenda sejak pagi tadi, dia mengaku untuk mendirikan tenda saja harus memakan biaya lebih dari satu juta rupiah karena harus membeli terpal dan bambu. “Kalau tenda saya ukuran 6×8 meter, kurang lebih habis satu jutaan,” ujarnya.

Ace sebagai aparat setempat mengaku ada warga yang masih bertahan di rumahnya karena tidak memiliki terpal untuk membuat tenda, tapi pemerintah juga akan mendirikan tenda bersama untuk tempat pengungsian korban banjir. Kata dia masalahnya warga menginginkan tenda pengungsian dibuat per keluarga artinya tidak digabungkan.
“Sebetulnya dari pemerintah juga mau buat tenda buat bareng-bareng tapi kan masyarakat ada yang gak pengen bareng-bareng,” imbuhnya. (mra)

Related Articles

Back to top button