Ambil Rapor Secara Bergantian
Kepala SMAN 1 Tempuran Dede
TEMPURAN, RAKA- Pembagian rapor di SMAN 1 Tempuran dilakukan secara sedarhanya. Selasa (22/12), siswa secara bergantian menerima raport hasil penilaian akhir semester (PAS). Selama satu semester, siswa belajar secara online.
Kepala SMAN 1 Tempuran Dede M.Pd mengatakan, 75 persen siswanya mengikuti kegiatan PAS secara daring. Setelah semua penilaian diolah dan diinput para guru secara bertahap, rapor siswa dibagikan dengan protokol kesehatan yang ketat. Adapun predikat penilaian isi rapor itu beda dengan kegiatan belajar secara normal, karena ada beberapa kompetensi dasar yang berkurang dan menyesuaikan dengan standar kurikulum yang ada.
Misalnya penilaian pengetahuan dan keterampilan, ia mengaku masih bisa dilakukan. Namun lain halnya dengan penilaian sikap yang memang masih susah untuk dinilai akibat guru dan bahkan dirinya sendiri tidak bisa monitoring secara penuh. “Penilaian pengetahuan dan keterampilan masih bisa dinilai, tapi kalau sikap, jujur guru juga susah memonitor,” ucapnya.
Dede menambahkan, penyederhanaan penilaian dalam rapor siswa pasti dilakukan, karena penilaian yang berbeda dari sekolah tatap muka seperti biasanya. Oleh karena itu, ia berharap, kedepan di tahun ajaran semester dua semua sekolah sudah bisa belajar tetap muka dengan protokol kesehatan. Karena sejak Agustus lalu, persiapan dan sarana penunjang pencegahan Covid-19 hingga verifikasinya secara umum sudah siap.
Hanya saja, kebijakan tetap ada pada pemerintah dan diharapkan bisa kompak, agar siswa bisa menjalani belajar tetap muka seperti biasanya. “Kita semua sudah berharap belajar tetap muka saat semester dua berlangsung nanti, tapi kita ingin kebijakan itu disikapi dengan bijaksana dan menyeluruh oleh semua stakeholder tidak hanya satu atau dua sekolah saja,” harapnya.
Karena menurutnya, kebijakan pusat, provinsi hingga daerah berpeluang berbeda nantinya. Sehingga sekolah juga kadang-kadang di satu kabupaten ada yang jalan sendiri-sendiri menyikapi kebijakan tersebut. Dirinya khawatir jika kebijakan masih belajar dari rumah (BDR) dan dilarang tatap muka, sementara sekolah memaksakan tatap muka, maka yang bertanggung jawab adalah kepala sekolah jika ada siswa ditemukan yang terkonfirmasi positif Covid-19. “Apakah kepsek nanti jadi tersangka karena menjadikan sekolah jadi klaster kerumunan, maka sejauh ini kami belum ada gambaran. Sementara, kesehatan dan pendidikan sama pentingnya, cuma pembelajaran menurun dan pendidikan anak yang dilaksanakan menurun,” tutupnya. (rok)