HEADLINEKarawang

Anak Teknik Mesin Juara Dalang Muda Nasional

SANG JUARA BERSAMA KELUARGA: Akmal Nurwenda (kedua dari kiri) bersama orangtua dan adiknya di Kampung Lamaran, Dusun Lozok, Desa Palumbonsari, Kecamatan Karawang Timur, Minggu (22/11).

Akmal Gagas Golek Akustik Bergaya Milenial

KARAWANG, RAKA – Akmal Nurwenda belakangan ramai dibicarakan warga Karawang. Bagaimana tidak, siswa XI jurusan Teknik Mesin di SMKN 1 Karawang ini berhasil menjadi dalang muda terbaik dalam Festival Wayang Golek yang diselenggarakan Persatuan Pendalangan Indonesia (Pepadi) Pusat pada 7 hingga 12 November lalu.

Remaja yang mengenal wayang sejak umur dua tahun ini berhasil membuktikan bahwa ia bisa berprestasi dari bakat yang ia minati selama ini, meski tak ada keturunan pedalang. “Menjadi dalang itu gak dipaksa, Akmal juga kan tidak ada keturunan dalang, ya mungking memang sudah hobinya saja,” tutur Akmal saat ditemui di kediamannya di Kampung Lamaran, Dusun Lozok, Desa Palumbonsari, Kecamatan Karawang Timur, Minggu (22/11).

Akmal yang saat ini berusia 16 tahun bercerita, 14 tahun silam ia diajak mengunjungi rumah sang nenek. Akmal kecil yang sepertinya saat itu merasa bosan mulai menangis. Tangisan Akmal ini terhenti saat dibujuk rayu dengan dipinjami sebuah wayang Gatot Kaca di rumah neneknya. Saat itulah ia nampaknya mulai mencintai wayang. Bahkan saat itu ia meminta sang nenek untuk mengizinkannya membawa pulang wayang tersebut.

Seiring waktu berjalan, Akmal mulai gemar menyaksikan pertunjukan wayang dari kepingan VCD yang ia beli. Ia pun semakin jatuh cinta pada wayang dan mulai membeli beberapa wayang sederhana. Kelas 6 SD ia mendapat kesempatan pertama kalinya untuk tampil sebagai dalang cilik. Acara 17 Agustus di halaman kantor Kepala Desa Tamelang, Kecamatan Purwasari, adalah panggung pertamanya. “Waktu SD itu ada guru yang mengajak Akmal berguru ke Dalang Nana di Cicadas. Alhamdulillah sekitar sebulan berguru itu, lurah minta untuk tampil, tapi belum pakai gamelan, masih dalang kaset lah gitu,” ceritanya.

Bakat Akmal sebagai dalang semakin terasah karena ia kerap sowan dan berkumpul dengan dalang senior di Karawang memalui Pepadi Karawang. Maka tak heran ia berguru pada banyak dalang di Karawang, yang ternyata ilmu yang ia terima tersebut kini berbuah manis.

Akmal menuturkan, sebetulnya 2019 lalu ia telah dipersiapkan mewakili Karawang dalam festival yang sama untuk ketegori dalang cilik. Sayangnya ia urung ikut karena usianya lebih 6 bulan dari usia maksimal yakni 15 tahun. Baru tahun inilah ia bisa mewakili Karawang dalam kategori dalang muda, yang memang hanya digelar dua tahun sekali. Festival ini adalah pertama kalinya ia mengikuti perlombaan dan langsung dihadapkan dengan dalang berbakat lainnya dari berbagai kota dan provinsi. Tak disangka pengalaman pertamanya ini langsung menyabet juara 1 dalang wayang golek purwa, sekaligus dinobatkan sebagai dalang muda terbaik.

Selama mengikuti fetival, ia tak mengeluarkan uang sepeserpun sebab didukung penuh oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Diparbud) Karawang. Meski demikian, raihan membanggakan ini tak ia peroleh begitu saja. Selama 5 hari jelang perlombaan, ia fokus berlatih bahkan sampai seharian penuh. Ia dibimbing langsung oleh Ki Dalang Iman Rohendi, salah satu dalang senior kenamaan di Karawang. “Mungkin karena secara virtual jadi agak santai, kalau gak ada corona mah kayaknya di Jakarta sih, biasanya juga di TMII,” ujarnya.

Remaja dengan nama panggung Ki Dalang Akmal Nurwenda Purwa ini bersyukur dapat mengharumkan Karawang. Dalam waktu dekat ia akan menggelar pementasan wayang dengan sentuhan modern, yang disesuaikan dengan gaya milenial saat ini. Akmal menyebutnya wayang golek akustik atau wayang gotik. Pementasan wayang yang ja konsep ini nantinya diiringi intrumem musik seperti gitar, bas, drum, kendang, suling, lengkap dengan sindennya.

Akmal menyadari pewayangan adalah budaya adiluhung yang menjadi identitas bangsa Indonesia, bahkan telah diakui sebagai warisan budaya dunia. Sebab itulah ada rasa bangga dapat menjadi dalang dan berkecimpung langsung untuk turut melestarikan warisan budaya ini. “Siapa lagi kalau bukan kita yang menjaga warisan budaya, suatu bangsa kan diukur dari budayanya, boleh saja kita menyukai budaya barat tapi harus seimbang mencintai budaya kita,” pesannya.

Ayah Akmal, Tatang Hermawan Kusuma merasa bangga atas prestasi sang anak yang memang sejak awal belajar secara mandiri. Ia memang tak bisa memberi lebih secara materil untuk menyokong bakat sang anak. Namun tentunya dukungan semangat serta doa selalu mengiringi. “Namanya orang tua siapa sih yang tidak mendukung, dia sempat ingin sekolah di Bandung, tapi saya minta jangan jauh-jauh sekolah. Di sini juga yang penting hobi wayang masih berjalan, sekolah juga harus tetap berjalan jangan sampai tersendat wayang,” pesannya kepada Akmal. (din)

Related Articles

Back to top button