HEADLINE

Anies Unggul di Karawang, Hasil Polling Radar Karawang

KARAWANG, RAKA- Bakal calon Presiden RI Anies Baswedan unggul di Kabupaten Karawang berdasarkan hasil polling pembaca Radar Karawang. Hingga, Minggu (15/10), Anies Baswedan memperoleh suara 52 persen, disusul Prabowo Subianto 36 persen dan terakhir Ganjar Pranowo 12 persen.
Radar Karawang membuka polling bakal calon Presiden RI sejak Rabu (4/10) tersebut dengan menampilkan tiga nama yang saat ini digadang-gadang menjadi bacapres, yaitu Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Polling ini dilakukan untuk mengetahui persepsi masyarakat Karawang terkait pilihan calon Presiden RI yang akan datang. Meski Anies Baswedan sudah menentukan pasangannya, namun polling ini hanya mencantumkan bacapresnya saja, mengingat kedua figur lainnya belum menentukan bakal calon wakil presiden (bacawapres).
Hasil polling hingga Minggu (15/10), bacapres Anies Baswedan berhasil unggul 52 persen, disusul urutan kedua Prabowo Subianto 36 persen dan terakhir Ganjar Pranowo 12 persen. KPU bakal membuka pendaftaran capres dan cawapres 19 Oktober 2023 mendatang. Jika sudah ditetapkan menjadi calon, maka polling akan dilakukan bersama dengan pasangannya.
Sebelumnya, peneliti dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saidiman Ahmad menilai, suara bacapres Koalisi Indonesia Maju Prabowo Subianto akan gembos. Penilaian itu didasarkan pada langkah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mengusung ketua umumnya, Muhaimin Iskandar, sebagai bakal cawapres pendamping Anies Baswedan. “Keputusan PKB bergabung dengan NasDem itu jelas merugikan Prabowo. Untuk sementara, Prabowo kehilangan kesempatan untuk meningkatkan suara di basis pemilih PKB, terutama Jawa Timur dan massa nahdiyin,” katanya, beberapa waktu lalu.
Saidiman menambahkan Prabowo membutuhkan dukungan massa PKB untuk mengimbangi kekuatan Ganjar Pranowo di Jawa Timur (Jatim) dan basis nahdiyin lainnya. Oleh karena itu, hilangnya PKB dari koalisi pendukung Prabowo menjadi kerugian besar bagi ketua umum Gerindra tersebut. Namun di sisi lain, Saidiman menyebut PKB memiliki alasan kuat meninggalkan koalisi pendukung Prabowo. Pasalnya, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sejak setahun lalu sudah digadang-gadang menjadi cawapres Prabowo.
“Mereka menyatakan dukungan paling awal pada Prabowo Subianto sejak setahun lalu, tetapi proposal mereka untuk menjadikan Muhaimin sebagai cawapres tidak mendapat respons berarti dari Prabowo,” kata pengamat politik itu.
Kondisi itu makin parah dengan masuknya dua partai baru dalam Koalisi Indonesia Maju, yakni PAN dan Golkar.
Sementara itu, Pengamat komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing menilai Ganjar punya rekam jejak yang tidak pernah menunjukkan sebagai boneka partai, hal ini bisa menjadi modal bagi Ganjar untuk meraup suara. Selama menjadi gubernur, Ganjar bisa memisahkan perannya sebagai gubernur dan fungsinya sebagai kader partai. Menurut Emrus, Ganjar sosok yang sangat rasional ketika berdialektika dengan DPRD dari semua fraksi, tak terkecuali dengan anggota DPRD Jateng dari fraksi PDIP. Sebagai gubernur, Ganjar sangat piawai dalam perdebatan di forum DPRD Jateng. Berdebat dan berargumentasi yang rasional, sudah bagian hidup Ganjar selama menjadi anggota DPR RI dari Fraksi PDI P. “Ini menunjukkan bahwa perilaku komunikasi Ganjar sebagai yang kredibel dan otonomi. Itulah Ganjar,” katanya.
Apalagi, lanjut Emrus, kejadian dialektika antara Ganjar dengan Ketua DPP PDIP Puan Maharani dan Ketua DPD PDIP Jateng Bambang Wuryanto, sebagai bukti bahwa Ganjar memiliki kedewasaan komunikasi. “Ganjar adalah pemimpin sejati, bukan boneka yang dielus-elus, disayang-sayang. Dia (Ganjar) pemimpin yang autentik (asli dirinya) yang dapat dipercaya,” pungkas Emrus. (asy/jpnn)

Related Articles

Back to top button