JAKARTA, RADAR KARAWANG – Tidak ada orang yang siap dengan perpisahan terlebih berpisah dengan belahan jiwanya. Setegar hingga segagah apapun sang suami, tetap berurai air mata jika sang belahan jiwa dipanggil oleh Sang Maha Kuasa.
Tak sekadar menyolati, mengantarkan jenazah ke liang kubur, kemudian menguburkan dan mendoakan, tapi lebih dari itu. Lunglai, hilang semangat berkarya, hingga menangis histeris, bisa terjadi.
Terbaru adalah Ikang Fawzi. Lelaki gahar di panggung, suara serak rocker, kesan macho, itu hancur seketika saat istri, perempuan yang dicintai sepenuh hati, teman seperjuangan membangun rumah tangga, meninggalkannya untuk selamanya. Bahkan, Ikang mengaku tidak lagi punya semangat untuk bermusik. Ya, Marissa Haque yang merupakan teman hidupnya selama 38 tahun, telah pergi dan meninggalkan dirinya beserta keluarga. Dia bahkan pernah mengatakan, bahwa separuh belahan jiwanya hilang setelah istrinya meninggal. “Marrisa, I love you forever,” ungkap Ikang.
Rasa kehilangan begitu mendalam juga terlihat saat sang jenderal yang pernah berkuasa di republik ini kehilangan sang istri. Dia adalah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Saat Ani Yudhoyono meninggal Sabtu, 1 Juni 2019, SBY tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Dalam sebuah foto, SBY memakai sewater hijau, tampak menyalami pelayat. Air matanya terburai. Sebagai suami yang mendampingi selama 43 tahun, kepergian Ani menorehkan duka mendalam. Wajahnya sembab dan matanya merah. Dia tak mampu menahan raut muka sedih di wajahnya. SBY mengatakan, selama masa kritisnya itu, Ibu Ani terus berjuang untuk melawan penyakit kanker yang dideritanya. “Saya dua hari dua malam, ada di tempat istri tercinta berjuang untuk melawan kanker yang ganas,” ujar SBY
Begitu pula dengan Presiden Republik Indonesia ketiga, BJ Habibie. Dia tak kuasa menahan kesedihan saat Ainun, istrinya meninggal dunia. Bahkan sang jenius itu pernah membenci semua dokter. “Terus terang waktu Ainun meninggal, saya benci semua dokter. Semua dokter menurut saya gagal. Saya marah sekali,” ungkapnya semasa hidup.
Ainun meninggal di RS Ludwig-Maximilians-Universitat, Klinikum Grohadern, Munich, 22 Mei 2010 sekitar pukul 17.35 waktu Jerman atau sekitar pukul 22.50 WIB. Ia menderita penyakit kanker ovarium dan sempat menjalani sembilan kali operasi. Melewati masa kritis sekitar satu hari, Ainun akhirnya mengembuskan napas terakhirnya. Jenazah Ainun dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada 25 Mei 2010. (psn/nt)