Kakek di Purwasari Lolos dari Corona

SEHAT: Kirno dan istrinya, Cati tampak sehat meski sebelumnya berstatus pasien dalam pengawasan.
Kirno: Ini Kuasa Tuhan
PURWASARI, RAKA – Kesehariannya sederhana, seperti suami pada umumnya. Pergi mencari nafkah, lalu pulang ke rumah menjelang sore. Namun, wabah corona membuat hidup Kirno seperti Roller coaster. Itu terjadi pertengahan April, saat kakek berusia 64 tahun ini dinyatakan sebagai pasien dalam pengawasan (PDP).
Kamis (14/5) sore, Kirno menyambut wartawan Radar Karawang di kediamannya yang sederhana di Desa Darawolong, Kecamatan Purwasari. Ditemani sang istri, dengan senang hati ia menceritakan pengalamannya menjadi PDP. Entah berapa kali ia mengucapkan kata syukur, jelas nampak dari wajahnya rasa senang dinyatakan negatif corona.
Kirno tinggal berdua bersama sang istri, terkadang cucunya menginap di malam hari saat sang anak mendapat tugas kerja malam. Kesehariannya bekerja sebagai pedagang sayuran, timun, singkong maupun hasil tani lainnya. Ia memang telah lama memiliki riwayat penyakit lambung, dan pada pertengahan April lalu penyakitnya itu kambuh. “Sakit lambung, sesak nafas, demam, jalan saja gak bisa, nggak flu tapi ada batuknya juga,” ucapnya menceritakan gejala yang saat itu dirasakannya.
Beberapa hari sebelumnya Kirno memang sempat memeriksakan diri ke rumah sakit swasta terdekat, dan melakukan rawat jalan. Saat gejala itu muncul, ia pun segera dibawa kembali ke rumah sakit. Pihak rumah sakit sepertinya khawatir Kirno terpapar virus corona, segera ia dibawa ke rumah sakit Hermina, salah satu rumah sakit rujukan penanganan corona di Karawang.
Kirno tidak paham betul kondisinya sampai dirujuk ke rumah sakit lain, baru setelah mendapat perawatan lanjut di RS Hermina, ia mengerti bahwa dirinya berstatus PDP. Ia sebetulnya tidak begitu kaget dengan gejala yang dialaminya, sebab memang penyakit lambung telah lama diidap. Ia sendiri memaklumi keputusan tenaga medis merujuknya ke rumah sakit penanganan corona, sebab saat ini wabah virus tersebut menjadi perhatian banyak orang.
Meski demikian rasa kaget diutarakan sang istri, Cati, yang lebih muda dua tahun dari usia Kirno. Pukul 12 malam ia segera menyusul sang suami ke RS Hermina, namun sayang ia sama sekali tidak bisa menjenguknya. Ia pun kembali ke rumah menjelang subuh setelah mendapat tumpangan angkot yang kebetulan hendak pulang. “Nya rareuwas, komo nepi ka ditu teu bisa dilongok cenah ceuk satpam, teu amprok pisan jeun bapa (ya kaget, apalagi sampai di sana tidak bisa dijenguk kata satpam, sama sekali tidak bertemu dengan bapak),” tuturnya.
Kirno menceritakan kembali pengalamannya menjalani perawatan sebagai PDP. Seingatnya, saat itu ia dirawat dalam satu ruangan untuk dirinya sendiri. Beruntung perawat dan tim medis lainnya begitu ramah dan melayaninya dengan baik. Namun hal yang membuatnya sedih adalah tidak ada satupun keluarga yang diperkenankan menemani atau sekadar menjenguk. “Waduh sedih, tapi nya balageur perawatna (waduh sedih sekali, tapi perawatnya baik),” kenangnya.
Kirno dirawat di RS Hermina terhitung sejak 13 April hingga 28 April. Ia dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang setelah dua kali hasil pemeriksaan swab pada tanggal 20 dan 28 April menunjukan negatif corona. Ia bersyukur bulan Ramadan ini dapat kembali berkumpul dengan keluarga. “Kacida senengna, abah mah nya mun ningali kaayaan, da ripuh abah mah, mun lain kuasa Pangeran mah duka kumaha (Senang sekali, abah kalau melihat keadaan, repot banget, kalau bukan karena kuasa Tuhan tidak tahu seperti apa jadinya,” pungkasnya. (din)