Babi Hutan Meresahkan di Sukasari
TEGALWARU, RAKA – Petani singkong dan jagung di Kampung Sukasari, Desa Kutamaneuh, Kecamatan Tegalwaru, resah akibat banyaknya babi hutan yang merusak tanaman di kebun mereka. Dari puluhan petani disana sudah ada 16 petani yang mengaku jadi korban hewan tersebut.
“Kerugian sih baru mencapai ratusan ribu, soalnya tanaman kan belum di panen tetapi ditanam dua hari. Cuma tetap saja bibitnya kami beli,” kata Emul (34) petani Kampung Sukasari, Minggu (25/11).
Dirinya menyebutkan, kehadiran babi hutan itu sudah rusak pohon jagung yang baru di tanam. Bahkan bibit pohon singkong sekitar satu minggu pun ikut dirusak. Emul mengaku bukan cuma dia tetapi ada 15 petani lainnya juga mengalami nasib serupa lahannya menjadi korban kebuasan babi hutan.
Bekas tanah di atas pohon berlubang. Rata-rata pohon di bagian akar dimakan. Bahkan sampai kemarin pagi, jelas Emul, hewan peliharaan anjing milik salah seorang petani menyalak melihat kehadiran hewan itu. “Tuh, sudah ada lagi, itu suara anjing menyalak karena dia melihat babi hutan,” tandas Emul.
Sementara Barna (38) petani lain mengaku akibat keganasan babi hutan dia tanaman jagung dan singkongnya juga gagal dipanen. “Kerugian lahan saya taksir sekitar Rp 600.000. Bibit jagung yang saya tanam jenis jagung manis, saya tebar dan tanam dilahan seluas sekitar 7.000. Tapi sekarang rusak karena dimakan babi hutan,” kata Barna.
Dirinya pun berkoordinasi dengan rekan – rekan petani lainnya agar membuat jebakan untuk babi hutan agar tidak kembali masuk ke lahan pertanian milik warga. Hewan itu masuk ke lahan petani, terang Barna, karena pakan di hutan sudah berkurang, maka dirinya bersama para petani pun tidak sampai membunuh babi hutan. “Itu semua kan karena pakan bagi hewan itu sudah berkurang,” ucap Barna.
Sementara Kepala Dusun di Desa Kutamaneuh Wardian (40), mengatakan jika hewan-hewan itu datang karena lapar dan melihat ada makanan di bawah hutan. Mereka biasanya bergerombol. Dan untuk mengantisipasi warga biasa membuat pagar dan gunakan sarana pengusir seperti dengan kaleng-kaleng bekas. Lalu gunakan tali, jadi kalau tali terkait oleh hewan apapun, spontan kaleng berbunyi dan itu bisa mengusir hewan – hewan yang biasa merusak tanaman milik petani. (yfn)