Uncategorized

Bak Sampah Kuras Dana Desa Rp100 Juta

BANGUN BAK SAMPAH: Sejumlah pekerja sedang membangun Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS) di tepi Sungai Citarum, Desa Sukaharja.

TELUKJAMBE TIMUR, RAKA – Pemerintah Desa Sukaharja, Kecamatan Telukjambe Timur, membangun Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPSS) di lima titik yang tersebar di berbagai dusun. TPSS tersebut berupa bak sampah dari bata ringan dengan ukuran bervariasi, yang menghabiskan dana desa Rp100 juta.

Emin, tukang yang tengah mengerjakan bak sampah di Dusun IV mengatakan, ukuran bak di lokasi tersebut 4,5 x 3,5 meter, tinggi 2 meter. Bak sampah tersebut dibangun di tepi Sungai Citarum dekat jembatan Alun-alun, tepatnya di Jalan Jati Baru. Menurutnya, ukuran bak sampah di dusun IV terbilang kecil dibanding dengan bak sampah yang dibangun di dusun lain, karena bak sampah dibangun pada tanah yang miring, sehingga mesti dibuatkan turap terlebih dahulu.

Ketua RT setempat Ajat Sudrajat menuturkan, sejauh ini pengelolaan sampah dilakukan oleh RT masing-masing. Biasanya mengerjakan seorang petugas untuk mengangkut sampah dari keranjang sampah rumah ke tempat pembuangan sampah di Pasar Baru. Sebagian masyarakat ada yang membuang sendiri atau membakar sampah di lingkungan rumahnya. “Ya saya sih bersyukur dibuatkan ini, kalau sebelumnya kan sampah itu belum dikelola dengan baik. Kalau ada ini mudah-mudahan bisa lebih baik,” ungkapnya kepada Radar Karawang, kemarin.

Kepala Desa Sukaharja Ujang Kartiwa mengatakan, TPSS dibangun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, agar pengelolaan sampah rumah tangga lebih terorganisir. Lahan yang digunakan untuk membangun bak sampah milik desa, termasuk satu lokasi di tepi Sungai Citarum yang menurutnya masih termasuk lahan desa. “Nanti dikelola oleh lingkungan masing-masing, diangkat dua kali sehari dari masyarakat ke TPSS, dari TPSS nanti diangkat oleh kendaraan dari (dinas) LH,” paparnya.

Ia mengatakan, ukuran bak sampah di setiap dusunnya berbeda-beda menyesuaikan dengan jumlah penduduk, dan volume sampah yang akan ditampung. Beberapa TPSS juga digunakan oleh dua dusun, sehingga dibuat ukuran yang lebih besar.

Ujang mengakui ada segelintir masyarakat yang menolak dibangun TPSS, karena akan menimbulkan bau tidak sedap ke lingkungan sekitar bak sampah. Namun, dia tetap membangun TPSS tersebut dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pemasalahan tersebut, menurutnya hanya masalah teknis yang dapat diantisipasi dengan pengangkutan sampah berkala, agar tidak terlalu menumpuk. “Di desa itu kan ada minggon, mereka bisa kasih laporan kendalanya apa, masalahnya apa, kita juga kan pasti menanyakan,” terangnya

Perihal satu lokasi TPSS yang berada di tepi Sungai Citarum, dia yakin tidak akan mengotori sungai selama pengangkutan berkala berjalan dengan baik. Bahkan menurutnya, TPSS tersebut sejalan dengan program Citarum Harum untuk menjaga kebersihan sungai. “Di pinggir kali juga kan gak masuk di lahan kali, bahkan desa di situ mau membuat dermaga wisata air untuk mendukung program Citarum Harum, di kolong jembatan itu. Otomatis kita akan berfokus tentang perawatannya,” pungkasnya. (cr5)

Related Articles

Back to top button