Baru Mulai Sudah Ribut
RENGASDENGKLOK, RAKA– Tak puas dengan keputusan panitia 11, bakal calon (Balon) Kepala Desa Kalangsari Daenuri dan pendukungnya menyegel kantor Desa Kalangsari, Jumat (5/10). Massa kecewa karena Daenuri dicoret dari balon Kades Kalangsari. Dari enam balon, panitia 11 meloloskan 5 yaitu, Aditya Mulyana Nugraha, Aan Heriyanto, Hj Saprah, Hj Teti Firdaos (Inkumben) dan Imun Munandar.
Menurut Daenuri, penyegelan kantor Desa Kalangsari merupakan bentuk ketidak puasan pendukungnya terhadap panitia 11 yang dinilai tak adil. Mengingat, persyaratan yang ia ajukan pun sesuai dengan aturan dan tak mempunyai kekurangan. Selain itu, nilai hasil tes tertulisnya pun lebih besar dari pada balon lain. “Ada balon yang usianya belum cukup, dan ada juga balon yang nilai tertulisnya di bawah saya bisa lolos,” ujar Daenuri kepada Radar Karawang, Jumat (5/10).
Diteruskannya, merupakan tindakan wajar jika para pendukung merasa tidak puas dengan keputusan panitia 11. Ujungnya, penyegelan kantor desa pun di lakukan. Adapun jika di lihat melalui persyaratan administrasi, dirinya jelas bisa melangkah ke bursa calon Kades Kalangsari. “Ada apa dengan panitia 11 Desa Kalangsari,” ketusnya.
Kapolres Karawang, AKBP Slamet Waloya yang berhasil di temui Radar Karawang mengatakan, penyegelan yang terjadi di Desa Kalangsari merupakan aksi kekecewaan salah satu pendukung balon kades, hingga berujung penyegelan. “Salah satu pendukung mereka tidak puas dengan hasil keputusan panitia 11, akhirnya kantor desa disegel,” ucapnya.
Seterusnya, pihaknya akan terus memantau kelanjutan pasca kejadian penyegelan kantor Desa Kalangsari tersebut. Dan saat ini, kondisi di Desa Kalangsari dinyatakan kondusif setelah adanya pertemuan dan melakukan komunikasi dengan pihak bacalon. “Rencananya hari Senin besok kita adakan lagi pertemuan, terkait penyegelan bisa di buka. Karena tak berbadan hukum,” paparnya.
Hal senada dinyatakan sekretaris Kecamatan Rengasdengklok, Sri Rejeki, dirinya menilai tindakan tersebut tidak sampai mengganggu pelayanan masyarakat. Karena hanya di segel dengan menggunakan lakban. Namun, untuk pengalihan agar masyarakat pendukung reda dan keadaan tetap kondusif, sementara pelayanan di lakukan di samping kantor desa. “Pelayanan tetap berjalan. Dan penyegelan itu terjadi karena bentuk kekecewaan para pendukung,” tutupnya. (rok)