
PURWAKARTA, RAKA – Pernyataan kontroversial Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, yang menyebutkan bahwa ikan dari Waduk Cirata mengandung merkuri tinggi dan tidak layak konsumsi dinilai sangat merugikan oleh para petani ikan setempat.
Para petani ikan yang tergabung dalam Paguyuban Petani Ikan Cirata (PCIC) melakukan pertemuan hangat dengan Ramlan Samsuri atau yang akrab dipanggil Kakang Prabu selaku Pembina ASGAS RI di Rawa Taal, Desa Tegal Datar, Kecamatan Maniis, Kabupaten Purwakarta.
Baca Juga : BUMDes Purwasejahtera Juara 3 Lomba BUMDes Tingkat Jawa Barat
Ketua PCIC, Yadi Nurbahrum, menyatakan bahwa pernyataan tersebut sangat merugikan petani kecil. Sejak statment itu keluar, harga ikan langsung anjlok dan permintaan konsumen turun drastis.
“Padahal, kami memiliki data uji laboratorium yang menunjukkan kandungan merkuri di bawah ambang batas dan ikan kami aman dikonsumsi,” ucap Yadi, Rabu (2/7).
Para petani ikan yang menggantungkan hidupnya dari 97.800 Kolam Jaring Apung (KJA) di Waduk Cirata kini sesak nafas dengan kondisi harga pakan yang terus naik, harga jual ikan yang anjlok, serta ancaman kehilangan mata pencaharian.
“Kami bahkan terpaksa menjaminkan sertifikat tanah dan rumah demi bisa membeli pakan ikan. Saat ikan tidak laku, kami tidak tahu lagi harus bagaimana,” kata Yadi.
Sementara itu, Ramlan Samsuri atau yang akrab dipanggil Kakang Prabu mengajak mereka untuk mencari solusi, bukan saling menyalahkan.
Tonton Juga : KI NARTOSABDO, SANG PEMBAHARU
Salah satu solusi yang didorong, kata dia adalah penggunaan mikroba PA 63 Garuda, yang diformulasikan untuk menjaga dan memulihkan kualitas air di Waduk Cirata.
“Kita tidak boleh terpancing emosi. Kita tunjukkan bahwa kita mampu memperbaiki ekosistem dengan cara yang benar. Mikroba ini adalah langkah nyata kita menjaga Waduk Cirata agar tetap lestari dan menghasilkan ikan yang sehat,” ucap Kakang Prabu.
PCIC juga menyampaikan fakta lain bahwa hanya sekitar 12 persen pelaku usaha perikanan di Cirata adalah pribumi, sementara sisanya dikuasai oleh pengusaha asing. Ironisnya, pemotongan petak KJA lebih banyak menimpa petani kecil, bukan pengusaha besar.
Sebagai bentuk kampanye pemulihan kepercayaan masyarakat terhadap ikan Cirata, PCIC merencanakan penyelenggaraan Festival Olahan Ikan Cirata yang akan diadakan di Kecamatan Maniis.
“Lewat festival ini, kami ingin membuktikan bahwa ikan Cirata aman dan berkualitas,” ujar Yadi.
Ramlan Samsuri mendukung penuh rencana audiensi PCIC ke DPRD Purwakarta dan berharap Menteri Sakti Wahyu Trenggono bersedia berdialog langsung dengan para petani.
“Kami siap bersilaturahmi dan berdiskusi terbuka. Harus ada dasar ilmiah yang jelas sebelum membuat pernyataan publik yang berdampak besar,” ucap Kakang Prabu. (yat)