GERBANG SEKOLAH

Belajar Sambil Bermain Lumpur

PURWAKARTA, RAKA – Ratusan pelajar dari berbagai sekolah dasar (SD) yang ada di Kecamata Purwakarta, sudah berkumpul sejak pagi di SMPN 10 Kahuripan Pajajaran Purwakarta. Kedatangan para pelajar tersebut untuk menjadi peserta festival budaya maneuh di sunda.

Dalam festival itu, tiga kegiatan berbau lumpur diperlombakan. Yaitu, lomba ngagubyag balong, lomba tandur padi dan lomba ngurek belut. Januar Raditya Pramata (12), pelajar kelas 6 SDN Tegalmunjul, mengaku, baru kali ini mengikuti festival perlombaan yang berbau lumpur. Dia, bersama timnya memilih ikut perlombaan tandur. Alasannya, sangat sederhana. Karena, seumur hidupnya Januar belum pernah turun ataupun bermain di sawah. “Jadi, sangat penasaran. Tandur itu seperti apa, dan bagaimana rasanya,” ujarnya.

Karena itu, tim dari Januar ini berupaya untuk mengikuti arahan dari panitia. Supaya, bisa menanam padi dengan baik. Bagi Januar, bukan lombanya yang berkesan. Tapi, bermain di alamnya ini yang paling tak terlupakan.

Apalagi, lanjut dia, saat bermain lumpurnya sangat mengasyikan. Karena, Januar tinggal di perkotaan. Kedua orang tuanyanya, tak mempunyai sawah. Jangankan bermain lumpur di sawah, main di pekarangan yang luas saja sangat sulit. “Saya tinggal di perumahan. Kalau main, paling sepedahan di jalan komplek. Tidak pernah ke sawah. Makanya, sangat bersemangat ikut tandur ini,” ujarnya.

Tak hanya tandur, yang paling banyak peserta dan tim penggembiranya yaitu perlombaan ngagubyag balong. Anak-anak perkotaan ini, nampak canggung ketika harus memasuki kolam dengan air yang berwarna kecoklatan dan penuh lumpur.

Tetapi, suasana tegang berubah menjadi mengasyikan, ketika anak-anak dari berbagai SD ini berupaya menangkap ikan dengan tangan kosong. Tak peduli, baju mereka basah dan kotor, tangan-tangan mungil ini terus menyasar permukaan air kolam, untuk menangkap ikan.

Muhammad Ayub (12) pelajar SDN 1 Munjul Jaya, mengatakan, sangat tegang menangkap ikan di kolam. Apalagi, pakai tangan kosong. Tapi, ini pengalaman yang tak terlupakan. “Alhamdulillah, dapat juga ikannya. Meskipun awalnya takut. Karena menangkapnya hanya pakai tangan saja,” ujarnya.

Kepala SMPN 10 Kahuripan Padjajaran Purwakarta Neneng M Patimah mengatakan, festival budaya maneuh di sunda ini merupakan kali pertama diselnggarakan di wilayah perkotaan. Tujuannya, ingin mengenalkan lagi budaya masyarakat sunda yang diaplikasikan dalam pelajaran sekolah. Salah satunya, yaitu ngagubyag balong serta tandur atau tanam padi. “Sudah saatnya anak-anak kita, dikenalkan lagi dengan alamnya. Karena, ternyata pelajaran nenek moyang kita zaman dulu, terutama dalam menjaga kelestarian alam itu sangat luar biasa,” ujar Neneng. (gan)

Related Articles

Back to top button