PURWAKARTA

Berburu Surabi di Purwakarta

SEDERHANA TAPI DIBURU: Lapak sederhana Surabi Gapura ini menjadi buruan pecinta kuliner.

PURWAKARTA, RAKA – Surabi bisa saja menjadi salah satu cemilan asal Kabupaten Purwakarta yang wajib dicoba. Surabi Gapura Kang Dyan misalnya, namanya mulai dikenal ke berbagai daerah di luar Purwakarta. Sebelum sukses mengembangkan usaha surabi, Dian Rusdiana sempat berjualan urab jagung keliling menggunakan sepeda pada 2002 hingga 2008. “Kemudian berhenti berjualan dan menjadi Linmas di salah satu perumahan. Tidak berselang lama saya memutuskan berjualan martabak di perumahan itu,” katanya, Minggu (6/6).

Karena dirasa tidak ada perkembangan, pada 2011 pria yang akrab disapa Kang Dyan ini memutuskan menyewa lapak untuk berjualan surabi di bahu jalan menggunakan gerobak hasil pinjaman uang dari bank. Pada waktu itu, varian rasa belum terlalu banyak, bahkan omzet yang diperoleh juga paling besar Rp200 ribu per hari.

Namun seiring tingginya permintaan konsumen, pria yang kini berusia 40 tahun tersebut memberanikan diri membuka lapak jualan di depan rumahnya berlokasi di Kampung Cikopak, Desa Mulyamekar, Kecamatan Babakan Cikao, Kabupaten Purwakarta. Dengan memanfaatkan lahan seadanya. “Pindah ke sini 2017 karena lapak jualan pada waktu itu mau dipakai oleh pemiliknya. Dinamai Surabi Gapura Kang Dyan dari 2012,” ujarnya.

Dia beralasan memilih berjualan surabi karena adonan yang dibuat tidak jauh berbeda dengan martabak, usaha yang digeluti sebelumnya. Dyan terus berinovasi menghadirkan varian rasa baru. Kemudian dipasarkan melalui media sosial untuk menarik para konsumen.

Varian rasa terakhir yang ia hadirkan adalah kurma dan buah naga. Saat ini, Gapura Surabi Kang Dyan memiliki 34 menu varian rasa dengan harga beragam mulai Rp6.000 hingga Rp18.000 per satu surabi. “Pengunjung tinggal pilih sesuai selera. Dari 34 rasa itu, rasa durian, alpukat dan oncom paling banyak diminati,” imbuhnya.
Kini, Dyan memperoleh omzet Rp2 juta pada hari biasa dan Rp4 juta di hari Sabtu dan Minggu hasil dari berjualan surabi, bahkan usaha yang ia kembangkan ini mampu menyerap tenaga kerja warga setempat. “Ada enam orang yang membantu melayani pembeli. Mereka warga sini,” bebernya.

Menurutnya, apa yang telah diraihnya saat ini tidak terlepas dari perjuangan dan tidak pantang menyerah dalam mengembangkan usaha surabi hingga berada pada titik kesuksesan. “Yang paling utama dalam usaha itu adalah mental, tidak pantang menyerah juga keuleutan,” pungkasnya. (gan)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button