Berburu Tikus, Muncul Ular
LEMAHABANG WADAS, RAKA – Puluhan petani di golongan air 2 Dusun Sentul II, Desa Pulojaya, Kecamatan Lemahabang, ramai-ramai berburu tikus sawah, Jumat (28/12). Kegiatan gropyokan saat musim persemaian pasca pengolahan tanah itu, digelar karena hama tikus mengancam pertanaman usia vegetatif dan generatif. Selain mendapati ratusan tikus, para petani yang didampingi kades dan perangkat desa ini, tak jarang mendapati ular welang di tegalan.
Mahmud, ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Pulojaya mengatakan, gropyokan ini rutin dilakukan petani. Kemarin berlokasi di tegalan sawah Pasir Maung Dusun Sentul II. Bersama ratusan petani di Kelompok Karya Tani dan Apur, kegiatan kalagumarang memburu tikus sawah tersebut berhasil menjaring ratusan tikus sawah yang bersarang di tanah-tanah tegalan, dan membasminya. Walau dengan alat pemukul, cangkul dan pompa air untuk memancing tikus keluar sarang, tapi kegiatan kalagumarang ini sukses membuat tikus tidak berkutik. Sebab di masa persemaian keberadaan tikus bisa membuat pertanaman mati atau gagal tanam. Apalagi di golongan air 2 ini, para petani sudah mengolahan tanam dan mulai persemaian. “Tikus kan ancaman pertanaman. Volumenya banyak, dan harus diberantas. Salah satunya dengan kalagumarang ini,” katanya kepada Radar Karawang.
Mahmud menambahkan, sawah di tegalan selain banyak sarang tikus, jenis binatang lain semisal ular berbisa juga tak jarang ditemui petani. Buktinya, sebut Mahmud, selama kalagumarang dari pagi sampai siang, petani berhasil menciduk empat ular welang berukuran besar dengan panjang 1,5 meter, walau sangat berbisa dan membahayakan, tapi beberapa petani ada yang menjadi pawangnya. Sehingga saat keluar lubang, ular tersebut langsung dikeroyok dan ditangkap. “Selain tikus, petani juga keroyok ular-ular sawah di tegalan ini. Gede-gede lagi,” katanya.
Penyuluh Pertanian Desa Pulojaya Kinkin Kurniawan mengatakan, di golongan air 2, air sudah masuk dan mulai masa persemaian dan pertanaman. Hama tikus mengancam tanaman mulai usia vegetatif maupun generatif, hingga bisa mengancam gagal tanam bahkan gagal panen. Banyak cara memberantas tikus, mulai dengan pengasapan belerang hingga kalagumarang. Sementara ular adalah musuh alami karena jadi pemangsa tikus, tapi membahayakan bagi keselamatan para petani. “Ular itu musuh alami, tapi membahayakan keselamatan petani walaupun banyak ular di tegalan itu lazim,” pungkasnya.
Kades Pulojaya Solehudin mengatakan, kalagumarang adalah kegiatan yang diinisiasi kelompok tani, penyuluh dan pemerintah desa. Selama pertanaman mengancam akibat serangan tikus, maka kegiatan kalagumarang harus kompak diikuti semua pihak. Mulai dari petaninya, perangkat desa maupun penyuluhnya langsung. Ia berharap dengan kalagumarang, selain bisa meningkatkan kekompakan antarpetani, juga menyelamatkan sawah-sawah petani dari ancaman hama. “Yang terpenting itu kompaknya. Semua bertanggung jawab atas kelancaran pertanaman,” pungkasnya. (rud)