Uncategorized

Berobat ke Puskesmas Cariu

DIBATASI GERBANG: Wilayah perbatasan Cariu, Bogor dengan Pangkalan, Karawang ditandai dengan adanya gerbang besar.

PANGKALAN, RAKA – Berada di ujung wilayah Karawang, membuat akses warga Desa Mulangsari, Kecamatan Pangkalan sulit mengakses pelayanan kesehatan di RSUD. Meski ada puskesmas pembantu tapi itu tidak cukup.

Desa Mulangsari adalah salah satu wajah Karawang di bagian selatan. Desa ini berbatasan langsung dengan Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor. Dua desa ini dipisahkan oleh batas alam yakni sungai Cibeet yang merupakan anak sungai Citarum, sebuah jembatan menghubungkan mereka.

Bagi masyarakat setempat, baik Desa Mulangsari maupun Desa Sukajadi pasti sudah tahu betul mana bagian wilayah mereka. Namun bagi yang baru pertama kali ke daerah perbatasan tesebut bisa membedakan dengan kontur jalan, sisi jembatan dengan jalan yang dicor adalah Kabupaten Karawang, sedang sisi lainnya dengan jalan aspal disertai beberapa lubang adalah Kabupaten Bogor. Yang lebih jelas lagi, terdapat gapura selamat datang di Karawang beserta rambu lalu lintas bertuliskan Karawang yang dicoret, dua hal ini tidak ditemukan di kabupaten tetangga. “Tapi kalau ada jalan rusak, di sana (Desa Sukajadi) lebih cepat ditangani,” ucap Zakaria Ahmad (45), warga RT 02/02, Dusun Baged, Desa Mulangsari, Rabu (3/3).

Desa Mulangsari menjadi bagian dataran tinggi di selatan Karawang, letaknya sejauh 32 KM dari pusat kota Karawang atau sekitar 1 jam waktu tempuh menggunakan kendaraan roda dua. Jika hendak ke sana dengan kendaraan pribadi sebaiknya isi penuh bahan bakar di SPBU yang terletak di Desa Wanasari, Kecamatan Telukjambe Barat, sebab setelah itu sepanjang perjalanan lintas kecamatan melewati lima desa tak akan lagi ada SPBU. Alternatifnya adalah membeli bahan bakar di penjual eceran, atau menunggu sampai SPBU di Desa Tamansari, Kecamatan Pangakalan yang sedang dibangun mulai beroperasi.

Warga Desa Mulangsari biasa menggunakan kendaraan pribadi baik itu bermotor atau tidak, bukan karena manja melainkan memang tidak ada angkot maupun ojek di desa tersebut. Jek, sapaan akrab Zakaria, mengatakan 2006 lalu angkot sempat beropearsi, namun akhirnya lenyap sekitar tahun 2015. Salah satunya penyebabnya adalah para pemilik angkot mesti membayar KIR di dua kabupaten yang berbeda, tentunya hal ini menambah ongkos untuk mendapat izin beroperasi. “Sudah gitu dari segi pengadaan armada kan Karawang pengen, Bogor pengen, makanya warnanya ada dua yang satu ijo yang satu biru,” ceritanya.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, warga Desa Mulangsari nampaknya lebih memilih berbelanja ke Pasar Cariu yang jaraknya 7 KM, hal ini karena jaraknya relatif lebih dekat ketimbang Pasar Loji di Tegalwaru. Untuk masalah kesehatan, Jek sendiri biasa ke Puskesmas Cariu yang dirasanya lebih dekat ketimbang Puskesmas Pangkalan. Di Mulangsari sendiri tidak ada pustu (Puskesmas pembantu) sejak 10 tahun lalu. “Ke RSUD apalagi lebih jauh, bibi saya juga dirujuk ke sana meningal di jalan, RSUD di Karawang kan cuma satu, beda sama (Kabupaten) Bogor ada beberapa,” keluhnya.

Berbicara fasilitas pendidikan di wilayah perbatasan tersebut, SDN Kertasari 1 adalah sekolah dasar paling tepi di wilayah Karawang. Sekolah ini terakhir kali direnovasi pada 2018 silam, namun halaman sekolah masih hampir tanah yang belum tertata. Beberapa atap ruang kelas sudah bocor, meja dan kursi belajar juga mulai lapuk. Meski demikian Kurtilas sudah menjadi kurikulum yang diterapkan dalam proses pembelajaran sejak satu tahun terakhir. Terdapat tujuh tenaga pendidikan di sekolah tersebut termasuk kepala sekolah. Sedangkan jumlah siswa mereka hanya 68 anak, tiga diantaranya berasal dari Bogor. “Bukan karena tidak ada peminatnya, tapi memang jumlah penduduk di lingkungan sini sedikit, memang anak-anaknya gak ada,” ujar Kepala SDN Kertasari 1 Saja Suganda.

Sementara itu di Desa Sukajadi, SDN Jagatamu merupakan sekolah paling tepi. Kondisi bangunan sekolah nampak lebih tertata baik letak bangunan maupun halamnnya. Sekolah ini juga telah menerapkan kurtilas sebagai acuan proses belajar mengajar. Jumlah murid mereka sebanyak 153, 15 diantaranya tinggal di Karawang. “Alasannya tergantung minat orang tua sih, sekolah tidak bisa menentukan, kemungkinan ya (melihat) perkembangan KBM, kegiatan anak-anak disini, keaktifan, kan orang tua mah peka terhadap pendidikan anak,” ucap Anan, kepala SDN Jagatamu. (din)

Data dan Fakta

  • Jarak Desa Mulangsari ke kota Karawang sekitar 32 kilometer
  • Ada satu puskesmas pembantu
  • Jarak yang jauh ke RSUD warga memilih berobat ke Puskemas Cariu
  • Tidak ada angkutan kota Mulangsari-Cariu
  • Warga Mulangsari banyak belajan di Pasar Cariu
  • Halaman SDN Kertasari 1, Kecamatan Pangkalan belum tertata
  • Jumlah siswa SDN Kertasari 1 hanya 68 orang, 3 diantaranya warga Bogor
  • Kondisi SDN Kertasari 1 kalah bagus dibanding SDN Jagatamu
  • Siswa SDN Jagatamu 153 orang, 15 diantaranya tinggal di wilayah Karawang

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button