Karawang

Berselimut Hujan di Rumah Reot

KARAWANG, RAKA – Sampai kapan warga miskin menunggu kepedulian pemerintah. Musim hujan kebanjiran, bahkan rumah mau roboh. Mengungsi menjadi kegiatan tahunan karena tak mungkin tidur di atas air.

Kenyataan itu dirasakan Rukmini (63) warga Kampung Wahaseum, Kelurahan Tanjungpura, Kecamatan Karawang Barat. Berstatus janda, dia sudah lama dan tinggal di rumah yang sering kebanjiran. Atap rumahnya tidak karuan. Bocor setiap hujan hal biasa baginya. “Gak ada yang nyari uangnya, ini rumah udah gak layak,” ungkap Rukmini kepada Radar Karawang, Selasa (19/3).

Bantuan pemerintah menjadi harapan satu-satunya bagi Rukmini, agar rumah yang dihuninya lebih nyaman. Tapi sampai saat ini, bantuan itupun tidak kunjung datang. “Belum ada bantuan dari pemerintah, apalagi nanya-nanya,” katanya.

Namun, semangat Rukmini tidak pernah surut untuk bertahan hidup. Dia selalu berusaha agar dapur tetap ngebul, walaupun luput dari perhatian pemerintah. “Saya jualan nasi uduk pagi-pagi, orang-orang suka dapat uang Program Keluarga Harapan (PKH), ibu mah gak dapet,” keluhnya.

Harapan yang terbentur ketidaktahuan cara agar pemerintah mau memperbaiki rumahnya, membuat Rukmini hanya bisa pasrah menjalani kehidupan. “Ingin dibetulin aja ini rumah sebagaimana layaknya. Ibu gak tau apa-apa, ibu juga gak bisa mau ngajuin juga, pengen dibetulin aja ini rumah,” pungkasnya.

Berbeda dengan Ikem (70) warga Kampung Upasbuniaga, Kelurahan Tanjungmekar, Karawang Barat. Beberapa hari yang lalu, dia mendapat kabar segar dari aparat kelurahan, jika rumahnya akan dibangun lebih layak. “Aya nu nyurpei mah, tapi ngomongna mah bulan payun eta ge ceunah (Ada yang survei. Tapi bilangnya bulan depan diperbaiki),” katanya.

Meski begitu, Ikem resah karena tidak punya uang untuk membeli minuman semisal kopi bagi para kuli bangunan, jika rumahnya jadi diperbaiki oleh pemerintah. “Ngan emak teu gaduh modal jeung mere kopina (tapi saya tidak punya uang untuk memberi kopi),” katanya

Untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, Ikem menjadi kuli cuci pakaian. Pengasilannya pun tidak seberapa. Hanya Rp300 ribu sebulan. “Kadang emak mah lamun teu aya nunambutkeun duit, sok ngajual piring (kadang kalau tidak ada yang mau meminjamkan uang, saya suka menjual piring),” katanya.

Lurah Tanjungmekar Ahmad Ridwan mengatakan, warganya yang memiliki rumah reot cukup banyak. Namun dalam setahun hanya dijatah empat rumah oleh Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman (PRKP) Kabupaten Karawang. “Kadang-kadang mau minta lima juga susah. Seharusnya ditambah jatahnya, karena banyak (yang rusak) dan ada yang masih ngantre,” katanya.

Kasi Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kecamatan Karawang Barat Eli mengatakan, belum ada laporan dari kelurahan mengenai jumlah rumah reot pada tahun ini. “Sepanjang tahun ini belum ada pemberitahuan soal rutilahu,” jelasnya. (cr4)

Related Articles

Back to top button