Bertaruh Nyawa Seberangi Citarum

Debit Air Tinggi, Tarif Perahu Naik
RENGASDENGKLOK, RAKA – Setiap hari warga Bojong Tugu yang mau ke Bekasi begitupun sebaliknya, harus bertaruh nyawa menyeberangi Sungai Citarum karena hingga saat ini jembatan penyeberangan belum selesai dibangun. Mereka pun terpaksa menyewa jasa perahu eretan agar bisa melintasi sungai terpanjang di Jawa Barat tersebut.
Tarifnya pun bervariatif. Jika menggunakan motor Rp2 ribu sekali nyeberang. Sedangkan mobil Rp15 ribu. Namun, tarif perahu eretan akan naik jika debit air Citarum tinggi. Alasannya, resiko yang harus ditanggung pengelola jasa. “Kalau lagi banjir begini, tarif motor Rp5 ribu,” ungkap pedagang cakwe, Heru (24) yang sehari-hari berjualan di tepi Sungai Citarum, Minggu (28/4).
Ia melanjutkan, sejak hari Sabtu (27/4) debit air Citarum naik. Bahkan banyak kebun yang ada di bantaran sungai sudah terendam. “Belum ada korban (tenggelam,” ungkapnya.
Menurutnya meski debit air Citarum meninggi, tidak menyurutnya pengguna jasa perahu eretan untuk menyeberangi sungai. Padahal, resiko yang akan mereka hadapi jauh lebih besar dibanding uang yang harus mereka keluarkan. “Sabtu pagi kemarin antrean kendaraan (yang ingin menggunakan perahu eretan) lebih parah macetnya dibanding hari ini,” katanya.
Yasin, pengemudi mobil dari Pebayuran Bekasi mengaku setiap hari menggunakan jasa perahu eretan. Dia meminta agar pemerintah cepat menyelesaikan pembangunan jembatan penyeberangan. “Jembatan Bojong Tugu-Sukatani harus cepat selesai, soalnya kalau menggunakan perahu eret resikonya tinggi, apalagi kalau kondisi Citarum banjir,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, disamping penuh resiko untuk menyeberang menggunakan perahu, Yasin mengaku tarif jasa penyeberangan cukup mahal yaitu Rp15 ribu. Jika debit air naik, tarif perahu bisa dua kali lipat.
“Saya antre sudah sampai satu jam lebih ini, ini juga masih banyak antrean di depan,” pungkasnya. (cr4)