Pikir dengan Matang Sebelum Nyalon Independen, Biaya Mahal Peluang Menang Kecil
Radarkarawang.id- Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan membukan pendaftaran bakal calon bupati dan wakil bupati dari jalur independen atau perseorangan pada 5 Mei 2024 mendatang. Namun, bagi siapa pun yang ingin mencalon diri dari jalur independen ini meski memikirkannya dengan matan. Pasalnya, naju melalui jalur independen selain harus menempuh syarat minimal dukungan dari jumlah pemilih, juga membutuhkan biaya yang besar.
Pengamat politik Roy Kamarullah menilai, bahwa maju lewat jalur independen bukanlah hal yang mudah. Beberapa syarat harus dituntaskan, termasuk banyaknya dukungan yang dibuktikan dengan validasi Kartu Tanda Penduduk (KTP) dari warga. “Kalau sekarang saya baru melihat dua tokoh dari utara yang siap. Tetapi hitungan pilkada tinggal beberapa saat lagi dan pergerakan itu belum kelihatan, saya pesimis ada calon dari jalur independen,” katanya.
Pengamat asal Bekasi ini tidak terlalu optimis dengan para calon yang memilih jalur independen. Bahkan, menurutnya, peluang menang bagi calon independen hanya sekitar 20 persen. Kekhawatiran ini disebabkan oleh kurangnya gerakan pengumpulan dukungan dari masyarakat yang terlihat. Meskipun proses verifikasi dan persiapan telah dimulai pada Agustus, proses untuk jalur independen memakan waktu lebih lama karena melibatkan validasi dukungan. “Lamanya dan luasnya, serta banyaknya dukungan yang harus dikumpulkan, itu juga menjadi satu hal yang membuat biaya dari jalur independen menjadi mahal. Sebenarnya sama-sama mahal, yang satu mahalnya mungkin di kendaraan partai, karena tergantung kendaraannya, CC-nya berapa,” sambungnya.
Terpisah, Bambang Sumaryono, figur yang pernah menjadi calon wakil bupati jalur independen di Kabupaten Bekasi menuturkan, calon jalur independen sama besarnya dengan jalur partai. “Untuk mengikuti kontestasi yang sebegitu besar di Kabupaten Bekasi, kita butuh biaya operasional yang sangat tinggi,” ucapnya.
Bambang bercerita, ketika mengarungi pertarungan dirinya turun di Kecamatan Muaragembong dan Babelan yang sudah ditentukan titik-titiknya, membutuhkan waktu sampai sehari semalam untuk mencapai semuanya. Sehingga memang membutuhkan persiapan fisik yang tinggi. Padahal saat itu, pasangan yang mendapat nomor urut tiga itu berbagi tugas untuk berkeliling Kabupaten Bekasi.
Dirinya bergerak turun ke masyarakat sejak deklarasi, satu bulan sebelum pendaftaran. Dengan biaya serendah-rendahnya satu titik Rp1 juta, berarti apabila dihitung lima titik dalam sehari, membutuhkan biaya Rp5 juta. Belum termasuk biaya operasional untuk sang istri turun di titik yang berbeda. “Minimal satu titik Rp1 juta, belum biaya lainnya,” tutupnya. (asy)