Uncategorized

Budaya Sunda Mulai Ditinggalkan

LESTARIKAN BUDAYA : Warga Desa Purwadana melestarikan kebudayaan sunda. Hal itu dilakukan karena peminat budaya sunda sudah makin berkurang.

TELUKJAMBE TIMUR, RAKA – Tingkat keingintahuan generasi muda tentang budaya sunda terbilang rendah. Bahkan penggunaan bahasa sunda sebagai bahasa penutur sehari-hari saja sudah jarang ditemukan.

Karena itulah Paguyuban Seni Purwaraksa hadir untuk melestarikan budaya Sunda, setidaknya untuk lebih dikenalkan kembali kepada masyarakat Desa Purwadana, Kecamatan Telukjambe Timur.

Wakil Ketua Purwaraksa Teguh Wibowo mengatakan, paguyuban ini mewadahi 4 dusun yang ada di Desa Purwadana. Kebudayaan yang dikembangkan adalah jaipong, wayang golek, debus, pencak silat, hingga kesenian alat musik sunda seperti kecapi, suling dan karinding. “Purwa itu artinya permulaan, sedangkan raksa artinya menjaga, jadi maksudnya kita mulai menjaga kebudayaan jangan sampai punah,” paparnya.

Paguyuban Purwaraksa kerap diundang menampilkan seni musik sunda dalam berbagai acara, salah satunya acara keagamaan dimana mereka dapat mengkolabkrasikan kebudayaan sunda dengan nilai-nilai agama. Selain itu, anggota paguyuban juga diwadahi untuk tampil menunjukkan bakat mereka setiap tahunnya di balai desa. “Perlu adanya sosialisasi ke masyarakat tentang kebudayaan sunda, dan itu menjadi tugas kami, jangan sampai orang sunda sendiri lupa akan budayanya,” ungkapnya.

PIC Bidang Sejarah Ahmadi Kusumawijaya mengatakan, anggota paguyuban Purwaraksa berdiri pada tanggal 12 April 2015. Para anggotanya terdiri dari berbagai kalangan masayarakat Desa Purwadana baik itu para tokoh masyarakat, aparatur desa, remaja maupun anak-anak. “Adanya paguyuban ini diharapkan talenta-talenta budaya sunda di Desa Purwadana dapat digiatkan,” ujarnya.

Sementara itu PIC Bidang Budaya Ahmad Mulyadi membenarkan, bahwa budaya sunda yang selama ini dijunjung mulai tergeser dengan perkembangan zaman. Baginya kewajiban orang sunda bukan mengangkat budaya, sebab istilah mengangkatkan berarti budaya tersebut sempat jatuh. “Kewajiban orang sunda adalah mempertahankan kebudayaan yang sedikitnya telah tergeser zaman,” ujarnya.

Paguyuban Purwaraksa saat ini, tambahnya, masih aktif berlatih dan tampil dalam berbagai kesempatan. Sering juga membawakan lagu ciptaan sendiri yang berjudul Hariring Purwadana yang merupakan dedikasi untuk Desa Purwadana. PIC bidang seni Tata Kusuma sang pencipta lagu menjelaskan lagu tersebut menceritakan sejarah desanya yang dulu merupakan 2 desa yang berbeda yakni Gempol dan Sumedangan. Lagu tersebut juga menceritakan letak geografis Desa Purwadana yang diapit Sungai Citarum dan Sungai Cibeet. “Ngahijina dua wahangan, ngirata kana siloka, ngahijina ngaran desa nu beda, kiwari jadi Purwadana,” ucapnya menembangkan sebagian lirik lagu tersebut. (cr5)

Related Articles

Back to top button