Budidaya Sayuran di Tengah Kota
PANEN SAYURAN : Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika saat memanen sayuran yang ditanam warga di tengah kota. Aktivitas itu terus didorong sebagai persediaan warga terutama di wilayah perkotaan.
PURWAKARTA, RAKA – Hibar Eco Village di Kampung Malang Nengah Wetan, Kelurahan Nagri Tengah, Purwakarta diresmikan. Giat itu diharapkan bisa menginspirasi kampung-kampung lain yang ada di Purwakarta.
Hibar Eco Village merupakan langkah inovatif yang dilakukan Kelompok Wanita Tani (KWT) Bina Lestari Malang Nengah Wetan dalam mengembangkan budidaya sayuran. “Kami mengapresiasi langkah mereka, ini hal positif yang tentu harus kita dukung,” ujar Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika.
Menurutnya, Hibar Eco Village menjawab kesulitan mengembangan sayuran di dataran rendah dan lahan perkotaan yang suhunya cukup panas. Sayuran tumbuh subur dengan baik dan bisa menumbuhkan minat anak muda atau kaum milenial untuk bertani. “Ini bisa menjadi motivasi jika di Purwakarta yang udaranya cukup panas, sayuran termasuk sayur kol bisa tumbuh subur. Ternyata, bertani itu menarik, menyenangkan, dan menghasilkan. Itu punya nilai manfaat selain menjaga ekosistem yang ada,” katanya.
Selain itu, ia mengaku masih kesulitan dalam mencegah alih fungsi lahan, walaupun sudah mengeluarkan regulasi dengan kebijakan untuk mengunci 18.000 hektare lahan pertanian di Purwakarta. “Kita kesulitan, ketika keluarganya tidak ada lagi yang menjadi petani, yang ditakutkan lahan itu malah beralih fungsi, begitupun lahan produktif lainnya. Kegiatan ini, sekaligus promosi kepada kaum milenial mari bertani, dan bertani itu menyenangkan,” ujar Anne.
Sementara PT East West Seed Indonesia (Ewindo) sebagai produsen benih sayuran Cap Panah Merah memberikan edukasi kepada ibu-ibu rumah tangga di Purwakarta, khususnya di kampung ini untuk bercocok tanam di lahan perkotaan atau konsep urban farming dengan membuat kebun demplot.
Direktur Manajer PT Ewindo Glenn Pardede mengatakan, tujuan dari didirikannya demplot-demplot yang berada di pekarangan rumah warga ini adalah untuk memberikan pengetahuan, khususnya praktek budidaya sayuran yang baik di wilayah perkotaan. “Nantinya diharapkan Kampung Malang Nengah ini bisa menjadi dengan konsep kampung eco village agar masyarakat bisa merasakan peningkatan kesejahteraan dengan menjual hasil panen dan tetap mengutamakan kelestarian lingkungan,” katanya.
Menurutnya, kegiatan urban farming ini sekaligus untuk menunjukkan peran penting wanita dalam budidaya sayuran dan lebih lanjut untuk mempromosikan pentingnya mengkonsumsi sayuran, dimana seorang ibu rumah tangga menjadi penentu keluarga yang sehat. “Demplot ini awalnya dikelola oleh 30 ibu rumah tangga dari KWT Bina Lestari di rumah mereka masing-masing. Saat ini pesertanya terus bertambah, ada lebih dari 70 orang yang mengikuti kegiatan urban farming ini,” ujar Glenn Pardede. (gan)