Camat Telagasari Baper
TELAGASARI, RAKA – Baper karena sering dibuli akibat sampah di perbatasan Kecamatan Telagasari, Camat Telagasari Yetty Yuliati mengusulkan agar di lokasi tersebut dibangun gapura selamat datang.
Namun, usulan camat saat musyawarah rencana pembangunan (musrenbang) itu ditentang oleh Kepala Desa Talagasari Nani Maryani. Dia menilai membangun gapura harus dilihat dari sisi kemanfaatannya. Dan tempat pembuangan sampah sementara di lokasi tersebut harus direlokasi.
“Saya risih banyak masyarakat luar Telagasari yang sering membuli lokasi masuk Kecamatan Telagasari dari arah Johar karena sampah,” ungkap Yetty, kemarin.
Ia melanjutkan, pemandangan tidak sedap dilihat tersebut, akan lebih baik jika dibuatkan taman gerbang selamat datang. Sampah yang menumpuk di Ciderewak itupun, kata Yetty, bukan saja sampah pasar dan antardesa di Telagasari, tapi juga sampah dari warga Kecamatan Lemahabang hingga Majalaya. “Banyak orang luar sering mengeluh dan komplain, masuk Telagasari banyak sampah di jembatan. Makanya kita usul di lokasi itu ada gerbang selamat datang,” katanya.
Sementara Nani mengatakan, usulan camat bisa dilakukan, tapi harus dilihat dari sisi kemanfaatannya. “Usulan boleh saja kalau ada kepastian tempat relokasi sampahnya. Masih untung warga gak buang sampah ke sungai juga,” tuturnya.
Menurutnya jangankan pengadaan lahan untuk sampah, warga yang rumahnya dilintasi kendaraan sampah saja sudah banyak yang mengeluh karena bau. Apalagi untuk lahan pengganti penampungan sampah kwintalan yang setiap hari dibuang ke Ciderewak. “Anggaran yang dikeluarkan untuk mengangkut sampah di Ciderewak cukup besar setiap hari,” katanya.
Ia melanjutkan, pembuang sampah di lokasi itu bukan hanya warga Talagasari. Karena dia sering memergoki warga lainnya, seperti warga Perumahan Talagamulya hingga Cariu membuang sampah ke Ciderewak. “Kita pakai uang Desa Talagasari untuk membiayai operasional kendaraan angkut sampah (Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan). Padahal yang membuang sampah itu banyak juga warga luar,” katanya.
Sekretaris Bappeda Karawang Ridwan Salam mengatakan, saat dirinya menjabat Bidang Kebersihan, persoalan pengadaan tempat pembuangan sampah sementara sangat sulit. Contoh konkritnya adalah Leuwisisir. Warga menolak lahan di sana dijadikan tempat pembuangan sampah. “Jadi benar memang bu camat, pengadaan relokasi sampah itu tidak mudah. Tapi usulan ini silahkan dimasukan saja, kami catat,” pungkasnya. (rud)