HEADLINE

PKL Pol PP Adu Mulut

CILAMAYA WETAN, RAKA – Pedagang kaki lima (PKL) Pasar Cilamaya beradu mulut dengan Satpol PP saat lapak mereka akan ditertibkan. PKL menolak karena merasa sudah bayar sewa dan lokasi jualan yang sudah disediakan sepi pembeli.

Sebetulnya PKL sudah memiliki lokasi berjualan sendiri di Pasar Jongjing. Namun, lokasi tersebut sepi, terutama seminggu terakhir. Sejak Sabtu (1/12) pekan kemarin, PKL nekat keluar area pasar yang disediakan di dalam dan memilih berjualan di bahu jalan. Apesnya, belum genap seminggu berdagang di bahu jalan, Pol PP langsung menertibkannya lagi untuk masuk ke lapak-lapak kios Pasar Jongjing, Senin (3/12) pagi. “Saya sudah bayar sewa Rp6 juta di dalam lapak pasar khusus PKL itu, tapi sepi terus, makannya kita keluar saja. Ini juga sewa lahan Rp600 ribu per bulan, eh ditertibkan lagi. Sementara target setoran kan harus jalan terus,” kata seorang PKL Pasar Cilamaya Aan, kepada Radar Karawang.

Aan menilai, tempat yang disediakan bagi PKL pakaian kurang representatif, di depan dijejali pedagang sayuran. Sementara, dia sudah melunasi sampai Rp6 juta sudah ia setorkan ke Wakil Udin yang mengurusi dari awal lokasi TPS sementara buat PKL tersebut. Alasan sepi dan tekanan setoran pelunasan sewa, ia memilih berdagang di luar pinggir jalan, tepatnya di depan toko/ruko milik orang dengan bayar sewa Rp600 ribu perbulannya. Baru juga dua hari berjualan, kesalnya, ia harus terusir lagi dan dipaksa masuk kembali ke Pasar Jongjing.

Padahal, sebutnya, ia berjualan diluar juga tidak menggunakan bahu jalan dan tidak melanggar zona, dan bayar sewa ke pemilik rukonya. “Sepi pak, karena sejak awal penempatannya gak karuan, kita keluar berjualan juga sewa lagi tempat, karena banyak setoran lain-lain,” Keluhnya memelas.

PKL lainnya, Nanang mengatakan, ia keluar di Pasar Jongjing dan berjualan di bahu jalan, karena ada yang mengawalinya. Karena memang, berjualan di dalam lapak sepi. Ia mau saja ditertibkan, asalkan Pol PP tertibkan semua PKL yang ada di pinggiran jalan. Selain itu, dia juga meminta tata letak Pasar Cilamaya Wetan diperbaiki. “Kalau pakaian-pakaian semua, tidak bercampur dengan sayuran dan lainnya, sehingga pelanggan jadi kebingungan mencari pakaian. Disisi lain, bagian depan Pasar Jongjing, dominasinya adalah orang-orang terdekat pemilik TPS tersebut. “Kita ingin rapi dulu soal tempatnya, dan kalau ditertibkan mau saya semuanya, jangan ada yang disisakan,” terangnya.

Kasie Trantibum Kecamatan Cilamaya Wetan, H Eeng Haerudin mengatakan, berdasarkan edaran camat kaitan zona larangan PKL, ternyata Sabtu pekan kemarin malah tidak diindahkan para pedagang dengan berjualan di bahu jalan, sehingga selain bisa merugikan pedagang lain, juga jadi biang kemacetan. Karenanya, ia bersama anggota turun langsung menyikapi laporan dari masyarakat tersebut, untuk menertibkan para PKL tersebut agar kembali ke TPS kios tempat yang sudah di sewanya. Hanya saja, sebut Eeng, di lapangan para PKL pakaian khususnya banjir komplain, bukan soal menolak ditertibkan, tapi soal penempatan di lapak pasar Jongjing tersebut.

Bahkan, kekisruhan adu argumentasi antar PKL dengan pengelola pasar jongjing tidak terhindarkan, meminta evaluasi soal penempatan. Sebab, para PKL ingin seragam, khusus pakaian semuanya pakaian, begitupun sayuran, jangan sampai di campur-campur. Tapi sebut Eeng, mediasi ini berhasil tertangani dengan baik dan bijak setelah di muswarahkan.

Ia berharap, setelah ini tidak ada lagi PKL yang berjualan di bahu-bahu jalan. ” Kita fasilitasi kemauan para PKL seperti apa, karena tugas utama kita tertibkan lapak di bahu jalan, dan masuk lagi,” tuturnya. (rud)

Related Articles

Back to top button