Cerita Jasa Penukaran Uang Dadakan Jelang Lebaran Keuntungan Bisa Sampai Rp10 Juta
KARAWANG, RAKA – Sudah menjadi tradisi, setiap lebaran ada kebiasaan bagi-bagi amplop lebaran untuk sanak keluarga. Hal ini dimanfaatkan sejumlah orang untuk membuka jasa penukaran uang.
Sinta (70), pedagang penukar uang mengaku telah melakukan pekerjaan tersebut selama dua tahun. Uang ia ambil dari salah satu bandar di luar Kabupaten Karawang. Dari usahanya ini, ia mendapatkan keuntungan 15 persen dari modal yang dikeluarkan. “Sekali ngambil dari bandar kadang 1 miliar, 500 juta, suka-suka kita. Kita jualnya 15 persen, keuntungannya tergantung modal, kalau modal besar biasanya lebih besar untungnya,” ujarnya, Kamis (4/4).
Sinta menjelaskan, sebagian besar masyarakat yang menukar uang sebesar 500 ribu hingga di atas 1 juta. Keuntungan yang diperoleh dari penukaran uang tersebut sebesar 5 hingga 10 juta. Penjualan akan semakin ramai ketika 3 sampai 4 hari sebelum Hari Raya Idul Fitri. “15 persen itu, misal nuker 1juta. Bayarnya jadi Rp1.150.000. Paling ramai itu 3-4 hari sebelum lebaran, malam takbiran kita udah setop. Tapi alhamdulilah selalu habis, karena banyak yang butuh. Alasan saya berjualan ya itu, karena banyak yang butuh. Kalo di bank itu mereka kadang udah ngantri, ada yang panas-panas, malah gak dapat,” tambahnya
Tidak hanya Sinta, Juni (47) pun melakukan pekerjaan yang sama. Meski begitu, Juni mengambil uang itu berasal dari bandar yang berada di wilayah Karawang. Sistem yang dijalankan pun berbeda. Juni akan mendapatkan keuntungan dari hasil laporan penjualan kepada bandar tersebut. Dalam satu hari mendapatkan keuntungan sebesar 500 ribu. “Kita ada bosnya, cuman ngejual doang ibarat kuli. Per hari kita laporan, dapetnya mulai 500 ribuan ada sih perhari, tergantung lakunya, kadang malah kurang dari itu,” ungkapnya.
Ia menyampaikan mempunyai rasa takut ketika sedang berjualan. Selain itu ketika berjualan pun, pembeli sering menanyakan terkait keaslian uang. Pekerjaan ini hanya ia lakukan satu tahun sekali, setelah Idul Fitri berakhir maka Juni akan kembali menjadi pedagang sembako di rumah. “Kita selalu was-was, karena ini kan duit ya. Belum lagi, sering juga pembeli yang takut uang palsu, tapi ya wajar. Kita jelaskan kalau ini yang asli, namanya juga kita cari buat makan, jadi ikut kerja musiman,” imbuhnya.
Euis (35) salah seorang warga mengungkapkan telah mendatangi 3 lokasi bank yang berbeda untuk melakukan penukaran uang. Meski begitu, Euis tetap gagal mendapatkan penukaran uang di bank secara langsung. Ia mengaku hal ini pertama kali untuk dirinya melakukan penukaran uang di pinggir jalan. “3 hari ini saya nyari ternyata kosong, nitip ke temen di KM 57 juga gak dapat. Saya ingat ada jasa tuker uang dijalan, ini baru pertama kali. Karena biasanya nukar di BJB, tapi sudah kosong,” tutupnya. (nad)