CIKAMPEKHEADLINE

Ngungsi ke Stasiun, Tidur di Kolong Kereta

STASIUN JADI TEMPAT PENGUNGSIAN: Stasiun Dawuan yang biasanya sepi sejak corona mewabah, kini dipenuhi oleh warga Kampung Trojog, Desa Dawuan Tengah, Kecamatan Cikampek, Senin (8/2). Mereka mengungsi karena rumahnya terendam luapan air Sungai Cikaranggelam sejak Minggu (7/2).

Banjir Belum Surut, Penyakit Datang

CIKAMPEK, RAKA – Tiga hari hidup di tempat pengungsian membuat warga Kampung Trojog, Desa Dawuan Tengah, Kecamatan Cikampek, mulai terserang berbagai macam penyakit, seperti flu, batuk, hingga gatal-gatal.
Diketahui, sejak Sungai Cikaranggelam meluap dan membanjiri pemukiman, ratusan warga Trojog memilih tinggal di Stasiun Dawuan yang jaraknya tidak jauh dari tempat tinggal mereka. Hidup di pengungsian tentu tidak senyaman di rumah. Mereka tidur beralaskan tikar, bahkan ada juga yang memilih tidur di bawah bangsal kereta api agar tidak kena hujan. “Kalau malam dingin sekali, gak kuat,” ungkap Mujahidin (38) kepada Radar Karawang, kemarin.

Ia melanjutkan, sejak tinggal di stasiun, banyak warganya mulai terkena sejumlah penyakit. Flu, batuk, menggigil, sampai gatal-gatal di kaki. “Tapi Alhamdulillah di sini ada petugas kesehatan dari Puskesmas Cikampek, kita sudah diobati dan diperiksa. Harapan kita sih ada bantuan berupa pakaian dan selimut, soalnya kita butuh selimut pas tidur, karena tidak kuat dengan rasa dingin,” ujarnya.

WARGA TROJOG DI LOKASI PENGUNGSIAN: Tidur di bawah kereta api jadi pilihan karena area Stasiun Dawuan sudah dipenuhi para pengungsi.

Warga lainnya, Nana Juhana (29) mengatakan, sejak Minggu malam kemarin, dia bersama ratusan warga Trojog berbondong-bondong menyelamatkan diri dari terjangan banjir yang mencapai dua meter. “Soalnya waktu minggu kemarin air naiknya cepat sekali, kita langsung mengumumkan himbauan melalui sound masjid untuk menyelamatkan diri ke dataran lebih tinggi, yaitu di Stasiun Dawuan ini. Kurang lebih ada 334 kepala keluarga yang mengungsi di stasiun,” ucapnya.

Ia menambahkan, banjir terjadi setelah Sungai Cikaranggelam meluap. Menurutnya, banjir kali ini paling parah karena warga masing di tempat pengungsian sudah lebih dari dua hari. “Sebenarnya untuk ketinggian air memang tidak kurang dari dua meter untuk tahun lalu juga, tapi untuk banjir kali ini lama surutnya. Pokoknya harta benda milik kita, kita tinggalkan di rumah,” tambahnya.

Menurutnya, sampai saat ini persediaan makanan dinilai masih cukup. Pasalnya bantuan sejak awal pengungsian tidak pernah berhenti. Namun dia meminta kepada pemerintah untuk mendistribusikan bantuan berupa selimut dan pakaian. “Tadi malam saja banyak warga yang tidur di bawah kolong kereta api tanpa menggunakan selimut. Sudah gitu hujan besar, banyak nyamuk, terus kita berusaha menahan rasa dingin,” ujarnya.

Sedangkan di Kecamatan Rengasdengklok, tercatat 83 bayi dan 168 lansia berada di tenda pengungsian tersebar di tiga desa yaitu Desa Kertasari, Desa Rengasdengklok Selatan dan Rengasdengklok Utara. Mereka membutuhkan bantuan berupa makanan bayi dan balita, pakaian, peralatan makan dan minum, kemudian peralatan tidur seperti selimut dan tikar.

Maryati (25) warga RT 05/02 Dusun Katalaya, Desa Kertasari, mengaku banyak kaki warga yang gatal-gatal semacam terkena kutu air.
“Tadi juga ada dari puskemas yang ke sini, ada warga yang ikut berobat,” katanya.

Kepala Puskesmas Rengasdengklok Cucu Siti Minfallah mengatakan, puskemas tidak mendirikan Posko Kesehatan di tempat pengungsian korban banjir, tapi setiap hari tim kesehatan beserta bidan desa melakukan cek kesehatan untuk warga korban banjir, melalui program Puskemas Keliling (Pusling). Kata dia, saat ini puskesmas tidak hanya disibukan dengan korban banjir, tapi juga dengan Covid-19.
“Yang mendirikan posko itu desa, kita ngikut dari pertama banjir kita sudah pusling, gak mungkin kita mendirikan posko kesehatan, karena kerjaan kita ini (banyak) udah Covid-19 terus yustisi,” jelasnya.

Sebelumnya kata dia, untuk penyakit di musim penghujan ini yaitu diare, batuk, pilek, pegel, gastritis dan demam. Untuk mengantisipasi penyakit itu, dia meminta agar masyarakat menjalankan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan menerapkan protokol kesehatan di tengah pandemi. Dia juga meminta agar masyarakat waspada dengan demam berdarah.
“Pesan saya pemberantasan sarang nyamuk dengan 3 M,” katanya. (mal/mra)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button