39 Tahun jadi Tukang Perahu di Tangkolak
BIKIN PERAHU : Terlihat perajin perahu tengah menggarap perahu pesanan. Kali ini yang memesan adalah orang Indramayu.
CILAMAYA WETAN, RAKA – Sejak 1980-an, seroang warga Duaun Tangkolak, Desa Sukakerta, Kecamatan Cilamaya Wetan Tasmin (42) sudah bergelut dengan asinnya air laut. Melihat potensi nelayan yang tidak perbah habis, ia berinisaitif merangkai kayu jati menjadi perahu tradisional.
Menurutnya, jika diberi modal lebih, ia berencana membuat perahu tiap hari. Karena saat ini ia hanya bisa membuat perahu sesuai pesanan saja. Sementara kalau tidak ada pesanan, ia terpaksa kembali menganggur. “Kalau gak ada yang pesen ya nganggur. Paling kembali lagi ke laut untuk berlayar,” ujar Tasmin, kepada Radar Karawang.
Menurutnya, mereka yang mempunyai modal akan terus berproduksi perahu sesuai dengan kebutuhan nelayan. Karena meskipun banyak perahu bertekhnologi, namun perahu buatannya masih banyak di minati.
Di tengah kemajuan tekhnologi saat ini, lanjut Tasmin, perahu tradisional masih menjadi primadona para nelayan sebagai penunjang pekerjaannya. Perahu jenis cengkokan buah tangannya ini dinilai masih layak untuk digunakan dalam mencari ikan atau pun rajungan di tengah laut.
Sejak tahun 1980, nelayan asli Cirebon yang 20 tahun terakhir menetap di Desa Sukakerta ini fokus dalam membuat perahu tradisional. Namun, untuk saat ini pengrajin perahu tradisional dipaksa lebih kreatif agar dapat bersaing dengan perkembangan tekhnologi. “Perahu jenis cengkok ini biasa digunakan nelayan untuk mencari udang, rajungan, dan ikan pun bisa. Kita sebagai pengrajin harus lebih kreatif agar perahu ini tidak ditinggalkan nelayan,” katanya, kepada Radar Karawang.
Perahu yang mempunyai panjang 5,5 meter lebar 2,2 meter ini, ia pasang harga Rp25 juta/unit. Itu pun belum termasuk mesin, dan kelengkapan lainnya.
Ia juga menegaskan jika harga tersebut terbilang murah, karena bahan yang digunakan dalam membuat perahu tradisional ini jenis kayu jati yang bisa bertahan kurang lebih 12 tahun di lautan. “Kalau mau pesen perahu full set sama mesin, kisaran Rp35 jutaan,” ucapnya.
Meski perahu motor sudah ada, pengrajin perahu tradisional ingin meyakinkan nelayan setempat, jika perahu tradisional dinilai lebih layak digunakan untuk melaut. Terlebih dengan perbedaan harga perahu motor yang terlampau jauh.
Lebih lanjut, Tasmin menyampaikan, pengrajin perahu tradisional bukan hanya di Dusun Tengkolak saja, ada juga pengrajin perahu tradisional dari Pasir Putih, Ciparage, dan pantai lainnya. Namun pihaknya seringkali diminta untuk membuat perahu. “Ini juga perahu pesanan orang Indramayu,” ujarnya.
Proses pembuatan dalam menyelesaikan satu unit perahu tradisional jenis cengkok ini membutuhkan waktu 1,5 bulan, itu pun tergantung cuaca. Jika cuaca tak mendukung, proses pekerjaan bisa lebih lambat. “Untuk satu tahun bisa lah menghasilkan 10 unit perahu tradisional,” pungkasnya. (rok)