Uncategorized

Desak Normalisasi Kalen Tinggi Dilanjut

BELUM RAMPUNG: Normalisasi Kalen Tinggi di Desa Cikuntul, Kecamatan Tempuran terhenti. Petani meminta agar normalisasi dilanjutkan karena air kali tersebut sering meluber dan menggenangi tanaman padi.

Sawah Petani Terancam Kebanjiran

TEMPURAN, RAKA- Terhenti akibat pro kontra petani, normalisasi Kalen Tinggi di Desa Cikuntul, Kecamatan Tempuran yang sempat terhenti minta dilanjutkan kembali. Sebelumnya, normalisasi atau pengerukan kali di pesisir itu sempat dihentikan karena dianggap merusak sawah milik petani.

Normalisasi kali yang langsung tembus ke laut itu memiliki tanggul yang tidak stabil dan sering terendam akibat luberan volume air yabg berlebih. Padahal, tanggul itu merupakan akses petani satu-satunya. Namun akibat airnya meluber, tanggul itu sulit dilalui kendaraan. “Kalau tidak dinormalisasi, bukan cuma tanggulnya aja, puluhan hingga ratusan hektare sawah di sekitaran juga bisa terancam banjir,” ujar salah satu petani Desa Cukuntul Darwin.

Tidak sampai disitu, dengan kondisi kali yang langsung tembus ke laut, tak jarang sawah milik petani dibanjiri air asin ketika laut mulai pasang. Maka tak heran, jika keinginan beberapa petani agar normalisasi bisa terus dilakukan. “Mau sekarang atau setelah panen nanti, pokoknya normalisasi harus terus dilanjutkan,” tegasnya.

Menurutnya, bagi petani masa panen itu merupakan hal yang di tunggu-tunggu, tak ada bedanya saat karyawan gajian. Maka harus memuaskan dan busa mengembalikan modalnya, syukur-syukur bisa untung melimpah. Namun kenyataannya terbalik, bukannya untung, justru petani yang dianggap penyandang pangan negara ini banyak dirugikan. Bagaimana tidak, dalam satu hektare saja hanya mampu produksi 2 ton, setelah itu harga padi hanya di banderol Rp 3.000 per kilogram akibat basah.

Akhirnya, puluhan kwintal padi yang di angkut dengan terpal dengan menyusuri kalen ini rawan rusak akibat rembes dan basah. Di tambah biaya angkut gabah dengan kondisi jalan yang ancur akibat luberan air kali, naiknya hampir 100 persen. “Makanya jalan satu-satunya itu, normalisasi harus dilanjutkan,” harapnya.

Sementara Kepala Desa (Kades) Cikuntul Kasman Ebod mengatakan, normalisasi di saluran cabang Kalen Asem blok Wastam ini terhenti karena menuai pro kontra. Khususnya mengenai lumpur galian beko yang merusak area pesawahan petani. Namun, kali ini ia minta kepada para petani bisa sabar. “Saya juga tahu, kalau tidak dinormalisas, di pesisir ini sudah sangat dangkal dan memang harus dinormalisasi, jika terhenti, yang terancam bukan saja air meluber ke akses jalanan, juga tanaman miliki petani yang dibanjiri air pasang laut asin saat rob bisa saja merusakan padi mereka,” ucapnya.

Di sisi lain, tanggul-tanggul di Kalen Tinggi – Kalen Cina ini, sudah kritis dan menipis, begitu juga dengan akses jalannya yang banyak diperhatikan oleh oknum. Dengan berbagai aktifitas petani, ia meminta instansi penggarap normalisasi ini bisa melanjutkan aktivitasnya, terlepas mau saat ini atau saat musim panen nanti. “Banyak kerugiannya secara umum kalau gak dinormalisasi. Kita berencana pengerasan akses jalannya yang masih rusak 4 kilometeran sampai laut, ini harus didorong terlepas dilanjut nanti musim panen atau sekarang, kita ingin normalisasinya terus berjalan,” pungkasnya. (rok)

Related Articles

Back to top button