Uncategorized

Dorong Minat Baca dari Gawai

PENYERAHAN RAK BUKU : Proses penyerahan rak buku oleh pegiat literasi.

CILAMAYA KULON, RAKA – Meningkatnya perkembangan teknologi dan informasi, buku menjadi barang yang tabu di kalangan masyarakat, bahkan di tengah proses belajar siswa sekalipun. Ditambah dengan adanya wabah virus Covid-19 yang memaksa anak belajar di rumah.

Seiring dengan perkembangan tekhnologi, pepatah ‘Buku Sebagai Jendela Dunia’ tak lagi dikumandangkan. Dan masyarakat pada umumnya lebih memilih menggenggam gawai daripada menenteng sebuah buku, karena gawai dinilai lebih simpel dan sudah menyediakan segalanya ketimbang buku.

Namun, menurut Heru Saleh yang juga sebagai Ketua PKBM Assolahiyah Kecamatan Cilamaya Kulon memiliki prinsip berbeda.
Meskipun tekhnologi sudah semakin canggih, niatnya untuk meningkatkan minat baca tetap hidup. Ia ingin mengkolaborasikan antara kebiasaan masyarakat yang tak bisa lepas dari gawai, namun tetap menekankan minat baca mereka dengan membangun kampung literasi.

Tujuannya agar gawai yang ada tidak hanya untuk keperluan medsos semata, tapi dialihkan untuk menumbuhkan minat baca dengan membangun kampung literasi.

Pihaknya ingin mendorong literasi atau minat baca masyarakat dengan tidak memaksa mereka meninggalkan gawai. Karena saat ini, gawai sudah menjadi kebutuhan. “Justru dengan adanya tekhnologi, kita ingin mengajak dan menggiring masyarakat agar menyukai bacaan tanpa melepas gawai, dengan di tambahi aplikasi bacaan misalnya. Dengan upaya itu, minimal samrtphone yang mereka pegang memiliki manfaat lain selain berselfie di medsos,” ujar Ketua FK-PKBM Karawang Heru Saleh.

Dukungan PKBM untuk membangun kampung literasi bukan hanya sebatas dukungan moril, pihaknya juga sudah menggelontorkan bantuan dalam bentuk fisik, yaitu rak-rak buku, dan sejumlah buku yang diperlukan.

Lebih jauh, Heru juga memiliki rencana untuk mengangkat berbagai sisi sejarah di Karawang melalui kampung literasi ini, mulai dari sejarah kebudayaan yang ada di Candi Jiwa-Batujaya, sejarah Adipati Singaperbangsa, hingga sejarah keagamaan, yaitu Sejarah Makam Syekh Qurotul’ain yang ada di Kecamatan Lemahabang. Nantinya sejarah itu bisa dikethahui dan dipelajari oleh masyarakat Karawang sendiri. “Bahkan akan lebih elok jika sejarah-sejarah Kawarang itu bisa masuk menjadi mata pelajaran di sekolah-sekolah,” terang Heru.

Adapun langkah awalnya, sebelum mimpinya terwujud sempurna, isi tentang sejarah itu bisa diketahui dan bermanfaat bagi staf pengajar di tiap-tiap PKBM. Contoh kecilnya, staf PKBM bisa menjadi tour gaet bagi mereka yang datang berkunjung ke tempat sejarah. Mengingat tempat sejarah di Kabupaten Karawang ini tidak hanya satu, dan akan berbanding lurus dengan adanya PKBM di tiap kecamatan. (rok)

Related Articles

Back to top button