Karawang

Berawal dari Tangisan Pemain Cadangan (2/Habis), Sejak Dalam Rahim Didoakan Jadi Pesepakbola

KARAWANG, RAKA – Kesuksesan dan keberhasilan tidak bisa didapatkan tanpa proses serta perjuangan yang sungguh-sungguh. Namun perjuangan saja seperti kurang lengkap, tanpa dibarengi oleh doa dari seorang ibu. Begitu juga dengan Cahya Supriadi yang saat ini namanya tercatat penjaga gawang Timnas Indonesia U-19.

Prestasinya dalam dunia sepakbola sehingga masuk dalam jajaran pemain Timnas Indonesia, itu juga karena dorongan serta doa dari ibunya yang bernama Saodah (53), warga Kampung Cikampek Tua Timur RT008/RW004, Desa Cikampek Pusaka, Kecamatan Cikampek.
Doa untuk Cahya Supriadi agar menjadi pemain sepakbola itu sudah dipanjatkan sejak masih dalam kandungan.
“Waktu belum lahir juga saya sering bilang gini, jabang bayi semoga nanti kamu bisa jadi pemain bola yang bagus,” ucap Saodah sambil mengelus-elus perutnya mempraktekan doanya 19 tahun silam.
Harapan agar anak ketiganya itu menjadi pemain sepak bola, kata Saodah, agar bisa meneruskan cita-cita dari anak pertamanya yang saat itu juga memiliki bakat menjadi pemain sepakbola.
“Kakaknya yang pertama juga sama kiper, tapi sudah nggak ada (meninggal dunia), makanya saya suka berdoa semoga anak ketiga jadi pemain bola juga,” ungkapnya.

Menurutnya, bakat menjadi pemain sepakbola yang ada pada anaknya itu diturunkan dari kakeknya Cahya, yang merupakan ayah kandung Saodah. Selain itu, pada saat Cahya dilahirkan di RSUD Karawang, dokter yang membantu proses persalinannya juga mengatakan bahwa anaknya akan menjadi pemain sepakbola.
“Waktu lahiran Cahya, mobilnya mogok di Klari, pas udah lahir di RSUD kata dokternya ini mah bakal jadi pemain bola karena kakinya banyak bulunya,” tutur Saodah.

Oleh karena itu, lanjutnya, saat Cahya sudah berumur 6 tahun dan mulai gemar terhadap sepakbola, dia bersama suaminya yang bekerja sebagai kernet bus jurusan Cirebon-Merak terus mendukung Cahya terhadap hobinya bermain bola. Namun demikian, dia juga tidak menyangka bahwa anak bungsunya itu akan menjadi pemain timnas yang bisa dia saksikan melalui televisi.
“Saya hanya buruh serabutan, ayahnya kernet bus. Tidak nyangka aja Cahya bisa ada di TV,” katanya.

Saodah juga menambahkan, dukungan terhadap Cahya untuk bermain bola juga diberikan oleh anak keduanya. Ditengah keterbatasan penghasilan, dia dan suaminya, Deni Suganda anak keduanya rela membiayai Cahya untuk mengikuti sekolah sepakbola dari hasil usahanya sebagai tukang ojek.
“Kakaknya juga mendukung banget, dia yang membiayai Cahya ikut SSB dari hasil ngojek,” tambahnya. (nce)

Related Articles

Back to top button