Minat Nyantri Berkurang

Ponpes di Dengklok Sepi
RENGASDENGKLOK, RAKA – Tidak seperti pondok pesantren pada umumnya yang ramai dengan kegiatan santri, di Ponpes Manba’ul Ulum, Dusun Warudoyong, Kecamatan Rengasdengklok justru sepi.
Pendiri Manba’ul Ulum Asep Syarif mengatakan, santri yang ada di pondok tidak ada yang dari luar daerah, melainkan hanya santri kalong, itupun kurang lebih 20 orang. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, banyak santri dari luar daerah seperti Tasik, bahkan dulu setiap Ramadan pun di membuka pasaran kitab-kitab hikmah. Asep mengaku, kondisi itu terjadi setelah akses jalan sudah mulai bagus dan anak-anak bisa menggunakan motor. Sehingga tidak ada lagi yang mukim di pesantren. Padahal Pesantren Manba’ul Ulum tidak dipungut biaya bulanan. “Dulu ada santri dari Batujaya, Pedes yang tinggal di sini. Tapi semenjak 2014 kesini udah semakin menurun,” katanya.
Asep menerangkan, Pondok Pesantren Manba’ul Ulum berdiri tahun 1997, berawal dirinya mengajar ngaji setelah pulang dari pesantren tahun 1996. Karena semakin banyak anak-anak yang belajar mengaji bahkan sampai menginap, akhirnya Asep musyawarah dengan masyarakat dan tokoh setempat untuk mendirikan pondok pesantren salafi. Namun seiring berjalannya waktu, antusias anak maupun orang tua jarang yang menginginkan masuk pondok salafi. “Ada rencana kedepan mau diadakan sekolah juga di pondok pesantren Manba’ul Ulum,” jelasnya.
Dwi Kurniawan (14) warga Wardoyong Utara, Kecamatan Rengasdengklok, siswa kelas IX SMP sekaligus santri kalong mengaku enak menjadi santri bisa belajar hidup mandiri. Dia mengaku sudah tiga tahun belajar ngaji di Ponpes Manba’ul Ulum. “Saya nanti setelah lulus SLTP mau modok lagi, karena cita-cita saya pengen bisa ngaji terus jadi kiyai,” pungkasnya. (cr4)