Dana Operasional Armada Sampah Rp250 Ribu Sehari
METROPOLIS, RAKA – Persoalan sampah ternyata bukan hanya di Karawang kota saja. Tetapi juga dialami oleh warga Cilamaya Wetan. Pemerintah Kabupaten Karawang pun tampak kerepotan untuk mengatasi persoalan tersebut. Maklum, armada sampah yang dimiliki hanya 60 unit. Sangat minim jika melihat sampah yang dihasilkan per hari sebanyak 200 ton.
Ditemui di Desa Mekarmaya, Kecamatan Cilamaya Wetan, Kepala Tim Kemitraan Sampah Wilayah III Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kabupaten Karawang Anton Abeng mengatakan, jumlah armada 60 unit sebenarnya masih kurang ideal untuk melayani sampah rumah tangga di Karawang, yang jumlah penduduknya lebih dari 2 juta jiwa. “60 unit armada pengangkut sampah saja, sampah yang berhasil diangkut setiap hari mencapai 200 ton. Apalagi kalau pemkab memenuhi armada ideal di kisaran 120-150 unit, sudah berapa ratus ton sampah lagi yang dihasilkan untuk dibuang ke TPS Jalupang,” ungkap Anton kepada Radar Karawang, Senin (14/1) kemarin.
Ia melanjutkan, artinya ada 200 ton sampah yang berhasil diangkut, sementara ratusan ton lainnya mungkin belum bisa terangkut optimal mengingat kurangnya armada sampah yang tersedia. Di wilayah III garapannya saja, mengangkut armada sampah sehari hanya di 6 TPS resmi. Selebihnya rata-rata sampah liar yang dibuang sembarangan oleh masyarakat di pinggiran jalan, jembatan dan lainnya. “Iya sehari 200 ton, itu yang terangkut. Yang tidak terangkut banyak lagi, karena kita terbatas armadanya se Karawang hanya 60 unit,” katanya.
Menurutnya TPS aktif adalah TPS yang terdata di DLHK. Rata-rata adalah sampah di pasar-pasar dan perumahan. Namun, dibanding dengan TPS resmi, TPS liar jauh lebih banyak. Ini menandakan warga lebih banyak membuang sampah liar ketimbang ke TPS resmi, itu karena di Jalupang pembuangan sampah akhir sudah hampir penuh. “Kalau ke TPS resmi setiap hari, dengan operasional Rp250 ribu sehari. Tapi kalau TPS liar, kita ada baksos seminggu sekali menyisir sampah liar di berbagai tempat,” katanya.
Lebih jauh Anton menambahkan, masyarakat diharapkan bisa membakar sampah di halaman rumah sendiri, dan tidak membuang sampah ke sembarang tempat. Ia prihatin melihat jembatan di sepanjang jalur Syekh Quro, dipastikan berjejal ada sampah-sampah liarnya. “Perumahan juga sering abaikan fasilitas TPS. Mereka sering membangun dulu rumahnya, sudah jadi baru memikirkan (TPS),” sesalnya. (rud)