Dapur Umum Kekurangan Bahan Makanan
MEMBUNGKUS MAKANAN: Relawan tengah mengemas nasi di dapur umum halaman kantor Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat.
Korban Banjir Terpaksa Makan Mie Instan
TELUKJAMBE BARAT, RAKA – Tidak ada satu orang pun yang ingin menjadi korban banjir. Jangankan satu minggu, satu jam rumah tergenang rasanya nelangsa. Namun, itu tidak seberapa dibandingkan korban banjir di Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat. Mereka biasa kebanjiran berminggu-minggu.
Bahkan, posko dapur umum penanganan banjir di halaman kantor Desa Karangligar, hanya mampu memproduksi sekitar 200 porsi makanan dalam sehari. Jumlah ini sangat tidak sebanding dengan jumlah pengungsi yang mecapai lebih 2000 jiwa. “Biasanya kita siang sama habis maghrib, kalau pagi kan banyak (donatur) yang kasih (makanan siap saji),” ucap salah satu relawan Zahrulloh (40) kepada Radar Karawang, Selasa (3/3).
Minimnya jumlah produksi makanan di dapur umum, disebabkan kurangnya bahan makanan yang tersedia. Zahrulloh mengatakan, bantuan yang datang kebanyakan berupa barang seperti mie instan. Menurutnya warga terdampak banjir tidak mungkin terus menerus diberi mie instan, karena kurang baik untuk kesehatan mereka. Jikapun mie instan tersebut diberikan langsung kepada masyarakat tanpa diolah, tidak akan efektif. Karena kebanyakan peralatan masak warga dalam keadaan rusak karena banjir.
Dapur umum tersebut sejak Kamis lalu dikelola oleh relawan dari berbagai kota. Jumlah mereka juga sangat terbatas yakni sembilan orang, empat diantaranya mengelola dapur. Selain butuh bantuan bahan makanan, mereka juga sangat senang jika ada tambahan relawan yang ingin terlibat membantu di dapur umum. Meski sedikit personel, dia yakin bisa memproduksi sampai 500 porsi jika stok bahan makanan mencukupi. “Propaganda bantuannya minim, kita sih 500 porsi siap saja,” tuturnya.
Posko dapur umum di Dusun Kampek, Desa Karangligar, sudah mampu mencukupi kebutuhan makanan 167 kepala keluarga yang terdampak di RT 05/02. Posko yang dikelola swadaya oleh warga melalui kelompok siaga bencana (KSB) tersebut, memproduksi sekitar 400 porsi sehari untuk makan pagi dan malam. “Kita masak bareng-bareng, ada juga (relawan) yang bantu,” ucap Endang Kurnia (30), warga setempat yang mengelola dapur umum.
Endang mengatakan, sejauh ini kebutuhan bahan makanan untuk keperluan dapur umum dapat terpenuhi dari bantuan yang datang. Jikapun bahan makanan kurang, warga akan membeli secara swadaya. Bahkan jika makanan lebih, mereka bagikan ke pengungsi di dusun lain. “Soalnya selain masak kan suka ada juga yang kasih makanan (siap saji),” tuturnya. (din)