DD untuk Plester Rumah Warga Kurang Mampu
TELUKJAMBE BARAT, RAKA – Plesterisasi rumah warga kurang mampu menjadi program unggulan Desa Mekarmulya, Kecamatan Telukjambe Barat yang menggunakan anggaran dana desa.
Kepala Desa Mekarmulya Dalim Rudyansah mengatakan, progran ini telah berlangsung sejak 2018 dan dengan capaian 70 unit rumah sudah diplester sampai saat ini. “Ini memang ide saya pribadi, saya melihat rumah-rumah masyarakat belum dikeramik, saya merasa sedih, kenapa sih gak dianggarkan saja dari dana desa,” tuturnya, Selasa (18/2).
Dalim mengatakan, sebenarnya ia menargetkan 200 unit rumah diplester sampai akhir jabatannya 2021 nanti. Program ini menurutnya sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Tahun 2019 lalu ia menetapkan Rp180.952.000 dalam rencana anggaran APBDes untuk program plesterisasi. “Saya ingin pembangunan desa itu bisa dirasakan manfaatnya untuk masyarakat, makanya saya gak mau anggarkan buat bikin gapura desa atau dusun, itu kan cuma buat keindahan saja,” tambahnya.
Adapun dana desa yang diterima Desa Mekarmulya tahun lalu sebesar Rp906.145.000. Alokasi pembangunan fisik lainnya dari nominal tersebut adalah pengadaan sarana air bersih dengan rencana anggaran Rp80.430.000. Meski demikian, pembangunan dan pemeliharaan jalan desa dana jalan lingkungan masih menjadi prioritas dengan total rencana anggaran mencapai Rp460.429.000. “Adapun sisa anggaran digunakan untuk bidang kesehatan, pendidikan, kelembagaan masyarakat, kepemudaan dan olahraga, serta pertanian dan peternakan,” bebernya.
Masih dikatakan Dalim, penetapan APBDes di desanya berdasarkan musyawarah bertahap, mulai dari musyawarah dusun, musyarah desa, musrembang, dan rencana kerja pemerintah desa (RKPDes). Namun ia menyayangkan sikap masyarakat yang cenderung apatis dan kurang berpartisipasi dalam musyawarah berkenaan dengan pembangunan desa. “Bisa karena kurang kepedulian, atau kurang mengerti, bisa juga karena sudah percaya kepada RT,” ujarnya.
Sikap seperti ini bukan hanya terjadi dalam musyawarah melainkan juga dalam pelaksanaan pembangunan. Ia mengatakan jangankan untuk pembangunan swadaya, untuk kerja bakti saja sulit. Pada akhirnya setiap kegiatan pembangunan desa yang dilaksanakan oleh tim pelaksana merekrut tukang dari luar desa. Perihal pelaksanaan pembangunan ini Dalim mengaku sama sekali tidak mengambil keuntungan pribadi, malah realisasi anggaran kerap lebih besar daripada rencana anggaran.
Masih dikatannya, tidak ada satu pun perusahaan di wilayah Desa Mekarmulya. Dengan demikian desa ini tidak seperti kebanyakan desa lainmya di Telukjambe Barat yang bisa mengandalkan dana bantuan CSR. “Untuk menutupi kekurangan anggaran sering menggunakan dana pribadi,” tambahnya.
Ekonomi Desa Mekarmulya nampaknya berada pada situasi yang dilematis. Dalim mengatakan, untuk merangkak menuju ekonomi industri tidak bisa, sebab sejauh ini Pemda Karawang tidak memberi izin pembangunan industri dengan dalih menjaga kawasan pertanian. Namun bertahan mengandalkan ekonomi pertanian juga tak bisa sebab berukarangnya lahan pertanian karena galian bahan baku bata, serta terputusnya saluran irigasi dari desa tetangga. “Jadi disini masyarakatnya banyak yang nganggur, coba kalau 1 desa 1 PT, jangan PT itu di kawasan saja, minimal home industri untuk memberdayakan lulusan-lulusan sekolah disini,” tutupnya. (cr5)