
RadarKarawang.id – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyebut, preman dan pencuri kelas teri tidak dipenjara tapi masuk barak militer.
Menurutnya, program untuk pencuri dengan nilai di bawah 10 juta rupiah akan mulai dicoba pada bulan Juni atau Juli.
Hal itu disampaikan Dedi Mulyadi saat menghadiri Pengukuhan Dewan Adat dilakukan di Alun–alun Talaga Manggung, Desa Talaga Kulon, Kecamatan Talaga, belum lama ini.
“Saya nanti, bulan Juni, Juli, ada program bersama para bupati, yang maling kecil, di bawah 10 juta, daripada dipenjara mending dibarak-militerkan)” katanya, dikutip lewat siaran ulang saluran Dedi Mulyadi Channel.
“Engke aya kerja sama sareng Polda Jabar. Di Polri terkenal aya restorasi justice. (Nanti ada kerja sama dengan Polda Jabar. Di Polri terkenal ada restorasi justice),” imbuhnya.
Menurutnya, program tersebut bisa lebih efisien dibanding pemenjaraan. Beban biaya proses pidana bagi para pencuri ‘kelas kecil’ dipandang tak sebanding dengan nilai pencuriannya.
Dedi mengatakan, pemenjaraan kerap memperlebar jurang kemiskinan. Sementara, pembinaan di barak militer diharapkan bisa turut membantu mengurai permasalahan utama kasus-kasus pencurian kecil yakni kemiskinan.
Pengamat Politik Rocky Gerung mengungkit program Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengenai siswa nakal dibawa ke barak militer.
Rocky menilai preman lebih cocok masuk barak militer dibanding siswa nakal.
Usulan Rocky Gerung itu seolah diamini Dedi Mulyadi. Melalui unggahan instagram @dedimulyadi71, politikus Gerindra itu menyinggung persoalan premanisme.
Dedi juga menyebut Presiden Prabowo Subianto mengapresiasi program yang ada di Jawa Barat.
“Saatnya preman masuk barak militer,” tulis Dedi Mulyadi.
Baca juga: PP Tunas Lindungi Anak dari Bahaya Media Sosial
Selain itu, Dedi juga menyampaikan rasa terimakasih kepada Presiden Prabowo Subianto yang tegas memberantas premanisme dan preman yang seringkali berbaju ormas.
Menurut Dedi, dukungan penuh Prabowo dan pemerintah ini akan membuat iklim berinvestasi membaik.
Pasalnya, saat ini pengusaha yang berinvestasi di Jawa Barat ‘terusik’ dengan kehadiran preman berbaju ormas.
“Para pengusaha ini banyak yang hari ini terintimidasi, dia tidak mau bercerita ke luar tapi dalam setiap waktu dia harus memberikan konsensi baik uang, pekerjaan maupun produksi, ini yang terjadi dan mereka tidak mau bercerita ke luar,” katanya.
Ia pun mendorong kepada para pengusaha untuk tidak takut melaporkan jika diusik oleh preman-preman berkedok ormas.
Hal itu diharapkan agar iklim produksi di Indonesia tidak terganggu, baik produksi skala UMKM maupun perusahaan besar yang menjadi penggerak ekonomi.
Tonton juga: Dipecat Marinir, Jadi Tentara Bayaran di Rusia
“Saya sejak lama selalu memberikan supporting pada industri yang ada di Indonesia, para pedagang dimanapun berada untuk memiliki rasa nyaman,” katanya. (psn/tr/lp)