Oil Boom Diperpanjang 19.485 Meter
MASIH TERCEMAR: Laut Karawang di Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya, masih dicemari minyak Pertamina. Terlihat karung-karung berisi minyak ada di pesisir pantai. Kondisi ini selain berdampak terhadap kesehatan warga, juga ekonomi dan lingkungan. (FOTO: Greenpeace Indonesia)
Pertamina Diminta Buka Data Kebocoran Minyak
CIBUAYA, RAKA – Tumpahan minyak Pertamina Hulu Energi Offshore Northwest Java (PHE-ONWJ) yang mencemari laut Karawang, tambak, hingga rumah-rumah warga, masih terjadi hingga saat ini.
Meski masyarakat yang terdampak mendapatkan kompensasi, namun ada dari mereka yang mengeluh tidak memperoleh bantuan tersebut, yaitu warga yang rumahnya terdampak minyak Pertamina. “Gimana tidak bau, orang limbahnya sampai masuk dapur rumah saya,” kata Omih (50) warga Cemara I kepada Radar Karawang.
Di sisi lain, Koalisi Organisasi Masyarakat Sipil (KORMAS) yang terdiri dari berbagai elemen organisasi masyarakat sipil, menggelar aksi damai di Kantor Pusat Pertamina (Persero) untuk mendesak perusahaan milik negara ini segera membuka data lengkap sumur YYA-1. Sumur YYA-1 diketahui mengalami kebocoran dalam kegiatan operasi PT Pertamina Hulu Energi (PHE) 12 Juli 2019 lalu. Dalam aksi ini, KORMAS juga meminta Pertamina untuk jujur dan segera membuka informasi mengenai kondisi sumur-sumur lain, dan kelayakan operasional yang dijalankan Pertamina Hulu Energi (PHE) di Blok Offshore North West Java (ONWJ).
Koordinator Aksi KORMAS sekaligus aktivis Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) Nasional, Bagus menyatakan masyarakat sipil hingga saat ini telah melayangkan dua kali surat permohonan informasi kepada pihak Pertamina agar membuka data sumur YYA-l secara lengkap.
Saat ini dampak yang dirasakan tak hanya dari segi ekologis, tapi juga dampak sosial. Masyarakat yang tinggal di sekitar perairan Karawang dan Bekasi mengalami kerugian finansial, karena menurunnya kuantitas dan kualitas hasil tambak juga risiko kesehatan yang menghantui masyarakat karena terpapar minyak. Masyarakat bahari mengalami penurunan pendapatan drastis sebanyak 80% pasca lautnya tercemar.
Juru Kampanye Greenpeace Arifsyah Nasution turut menegaskan pengungkapan data lengkap sumur YYA-l dan informasi mengenai kondisi sumur-sumur lain dan kelayakan operasional yang dijalankan PHE-ONWJ, adalah bagian dari pertanggungjawaban penuh Pertamina dan anak perusahaannya atas petaka dan dampak luas yang terjadi. “Kami mendesak Pertamina membuka data dan bertanggung jawab atas tumpahan minyak, yang kini sudah masuk ke rumah masyarakat Karawang,” ujarnya.
Sementara informasi yang tertulis di laman resmi Pertamina, hingga 16 September, PHE ONWJ menggelar oil boom sepanjang 19.485 meter untuk menghalau tumpahan minyak di perairan dan di pesisir pantai. Selain itu, PHE ONWJ juga mengerahkan 3.209 personil di darat dan laut, serta mengerahkan 46 unit kapal.
Oil boom yang digelar tersebar di sejumlah titik. Di perairan, PHE ONWJ menggelar 4.850 meter static oil boom di lapis pertama dan 3.700 meter di lapis kedua. Selain itu, PHE ONWJ juga menempatkan 150 meter moveable oil boom, dan ditambah bantuan 400 meter oil boom di FSRU Nusantara Regas. Untuk di pesisir, PHE ONWJ menggelar 10.385 meter oil boom yang tersebar di Karawang, Kepulauan Seribu dan Serang. (mra/psn/gr/pe)